Akhirnya si kecil harus diopname di rumah sakit

Hagoe's Village: Sept, 23th 2025
Tadi malam, aku dan istriku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena anak kami mengalami demam disertai dengan mimisan, sehingga kami menjaga si kecil Alvira secara bersama-sama sepanjang malam, mengontrol suhu badannya dengan menggunakan pengukur suhu, memberinya parasetamol dan lain-lain.
Ternyata kondisi demam dan mimisan yang dialaminya terjadi secara berulang, meskipun secara keseluruhan dia tampak sehat, masih terlihat ceria, aktif dan nafsu makannya juga masih normal.
Hanya saja ketika malam hari, dia mengalami demam disertai dengan mimisan dan batuk, yang memang sudah dialaminya beberapa waktu yang lalu.
Di ruang IGD RS Zahra Lhoksukon
Batuk yang dialami si kecil Alvira memang sudah berlangsung beberapa bulan, yang menurut diagnosa dokter disebabkan oleh faktor alergi.
Tetapi, meskipun batuk ini terjadi secara berulang, namun tidak sampai menyebabkan si kecil Alvira mengalami demam atau gangguan kesehatan lainnya,. Hanya batuk saja dan sempat berkurang batuknya ketika minum obat, tetapi beberapa hari kemudian batuknya kambuh lagi.
Kemudian sejak hari Minggu kemarin, tiba-tiba dia mengalami demam dan pusing di siang hari, dan demam lagi ketika malam hari, yang disertai dengan mimisan.
Kemarin kami sempat membawanya untuk berobat ke Klinik Mandiri Bersama, tetapi belum memutuskan untuk menjalani rawat inap (opname), dengan beberapa pertimbangan sambil melihat perkembangan kondisi si kecil Alvira.
Namun, karena tadi malam demamnya masih berulang sehingga pagi ini kami memutuskan untuk membawanya opname di Rumah Sakit Zahra Lhoksukon.
Masih di ruang IGD
Pagi-pagi sekitar pukul 07.00 wib, kami berangkat dari rumah dengan menggunakan mobil menuju Rumah Sakit Zahra di Lhoksukon, agar si kecil Alvira bisa segera diopname dan mendapatkan perawatan intensif.
Kami segera membawanya masuk ke Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Zahra agar bisa ditangani oleh dokter sesuai dengan mekanisme dan prosedur rumah sakit.
Langkah awal tentu dilakukan pemasangan infus oleh perawat yang bertugas, yang membuat si kecil Alvira ketakutan.
Memang si kecil Alvira sangat takut terhadap jarum suntik sehingga dia malas untuk diopname. Sampai dengan umurnya 10 tahun sekarang, dia baru dua kali diopname. Sekali dulu di umurnya yang baru tiga tahun, dan hari ini merupakan kedua kalinya dia diopname di rumah sakit.
Dia menggenggam erat-erat tanganku ketika si perawat yang bertugas memasangkan infus di tangan si kecil Alvira.
Kami terpaksa menunggu dan berada cukup lama di ruang IGD rumah sakit, karena tidak ada ruang rawat inap yang kosong.
Jangankan ruang rawat inap kelas I sesuai golongan dan hak kami sebagai peserta BPJS kesehatan, ruang rawat inap dibawah kelasnya pun pada penuh semua.
Di ruang IGD ini malah ada pasien yang sudah dirawat sejak dua hari, namun belum mendapatkan kamar sesuai haknya sebagai peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Bahkan hari ini ada bapak-bapak yang terpaksa dipasangkan infus sambil duduk di kursi roda, karena semua bed di ruang IGD sedang penuh.
Begitu banyaknya orang yang mengalami sakit ditengah cuaca yang tidak bersahabat dalam beberapa waktu terakhir, yang menyebabkan anak-anak serta orang lanjut usia mengalami berbagai macam penyakit.
Makan siang
Sampai dengan tengah hari, kami belum mendapatkan ruang rawat inap untuk si kecil Alvira. Padahal kami telah berkomunikasi dengan pemilik rumah sakit agar diusahakan untuk mendapatkan ruang rawat inap buat si kecil Alvira.
Sambil menunggu, aku pergi ke sebuah warung yang ada di sebelah Rumah Sakit Zahra Lhoksukon untuk makan siang, karena perut ku sudah sangat lapar. Maklum, aku hanya sarapan dengan sebutir telur rebus tadi pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.
Setelah makan siang di warung tersebut, aku kembali ke ruang IGD dengan membawakan mie goreng buat istriku yang sedang menemani si kecil Alvira.
Si kecil Alvira sudah di ruang rawat
Aku melaksanakan sholat Zuhur di musholla rumah sakit, dan kemudian aku istirahat sebentar di ruang dekat apotik, sambil menuliskan postinganku hari ini.
Si kecil Alvira berada di ruang IGD rumah sakit sampai menjelang sore, karena belum juga ada ruang rawat inap untuknya.
Dan setelah waktu sholat ashar barulah ada kabar gembira untuk kami, meskipun kamar yang baru tersedia bukanlah sesuai dengan hak kami (kelas I).
Yang baru ada kosong adalah kamar untuk kelas III, yang artinya kami harus berbagi kamar dengan seorang pasien lainnya. Tetapi karena tidak ada pilihan lain, kami pun mengambil peluang tersebut agar si kecil Alvira bisa segera dipindahkan dari ruang IGD ke ruang rawat inap.
Nebulizer mask
Setelah si kecil Alvira dipindahkan ke ruang rawat inap, aku pulang sebentar ke rumah untuk mengganti pakaian, melakukan presensi sore di Puskeswan Matangkuli serta membeli makanan untuk makan malam kami hari ini.
Ternyata si kecil Alvira diresepkan oleh dokter untuk menggunakan Nebulizer mask, karena batuk yang dialaminya sudah berlangsung cukup lama dan berulang.
Nebulizer mask ini adalah masker yang digunakan pada alat nebulizer yang bekerja mengubah cairan obat menjadi uap atau aerosol, dengan partikel yang sangat kecil/halus sehingga dapat dengan mudah dihirup oleh pasien atau pengguna melalui pernafasan, menuju paru-paru, yang dalam hal ini untuk membantu pernafasan si kecil Alvira akibat batuk dan pilek yang dialaminya.
Nebulizer ini juga membantu mengurangi peradangan dan mengencerkan lendir, serta berfungsi sebagai bronkodilator, sehingga bisa meredakan batuk si kecil Alvira.
Si kecil Alvira sedang di bed
Setelah berada di ruang rapat inap (meskipun bukan di ruang inap kelas I), si kecil sudah sedikit lega dan bisa beristirahat, dibandingkan tadi ketika berada di ruang IGD, dimana disana dia terlihat sedikit "stress" dengan hiruk-pikuknya ruang IGD yang dipenuhi oleh bermacam pasien dengan berbagai penyakit mereka.
Di sore ini kami baru mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa si kecil Alvira mengalami penyakit typus (Typoid fever), selain batuk yang dialaminya.
Menemani si kecil opname
Setelah sholat magrib, aku dan istriku berada di ruang rawat inap kelas III untuk menjaga dan menemani si kecil Alvira.
Ternyata pasien di sebelah adalah guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari istriku, yang baru saja masuk dan berbagi kamar dengan kami, karena meskipun kami adalah peserta BPJS kesehatan dengan fasilitas rawat inap kelas I, namun tidak ada ruang rawat inap yang kosong selain ruang rawat inap kelas III ini.
Ya, sudahlah. Yang penting si kecil Alvira sudah berada di ruang rawat inap. Nantinya bila sudah ada ruang rawat inap yang sesuai dengan hak kami (kelas I), maka kami akan pindah kesana.
Si kecil Alvira sudah tidur
Karena sudah mendapatkan perawatan sejak tadi di ruang IGD, si kecil Alvira terlihat sudah agak mendingan. Walaupun belum sembuh, karena proses penyembuhan penyakit typus membutuhkan waktu beberapa hari, yang disebabkan oleh dosis antibiotik yang harus masuk ke tubuh si sakit harus mencukupi.
Dan lagi, dibutuhkan kondisi istrahat yang cukup bagi penderita penyakit typus agar kondisinya kembali normal, sehingga proses perawatannya akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Sekian postinganku kali ini. Stay Healthy and Fun, Ciao...!
@ alee75

When children have a fever, of course we as people are very creative about what happens to them, because fever can make them fatal, but if we quickly take them to the hospital it will be very good for their health because there may be some ingredients that can stop it, so taking care of them is a very important thing for a father.
Terima kasih atas komentarnya...🙏
Kiban ka keadaan si vira, pajan ka tamoeng rumoh saket
Nyo kana kureung. Tamong uroe Selasa Baroe..
Nyoe Mateng bak rumoh Saket? Semoga cepat sehat kembali
Mantong. Mungkin singoh baro jeut woe..
Congratulations! This post has been voted through steemcurator03.
Hello there, you have posted a great quality post and we are happy to support you, stay up with good quality publications