Ketika Pintu Garasi Tertunda: Nyawa Ayah lebih Berarti.

IMG_20250615_172030.jpg

Pagi itu matahari bersinar cerah, saya sedang menikmati pekerjaan di bengkel milik saya sendiri. Hari itu, saya tengah fokus mengerjakan pesanan pintu garasi milik ibu Nusiah, pelanggan lama yang selalu ramah dan sabar. Suara mesin las, denting palu dan aroma besi panas menjadi teman rutin saya. Ada rasa puas setiap kali rangka pintu mulai membentuk pola yang diinginkan.

Sambil mengelap keringat, saya tersenyum melihat hasil kerja mulai rampung. Tak sabar rasanya ingin segera mengantarkan pintu itu ke rumah ibu Nusiah. Namun, suasana tenang itu mendadak berubah saat ponsel saya bergetar keras di saku celana. Sebuah panggilan masuk dari Abang kandung saya.

"Ayo cepat pulang, Ayah sesak nafas parah! Kam8 butuh bantuan kamu buat bawa Ayah ke rumah sakit! Suara panik dan terputus-putus.

Jantung saya seakan berhenti berdetak sesaat. Tanpa pikir panjang, saya letakkan semua alat dan langsung menuju motor. Perjalanan pulang terasa seperti abadi. Bayangan wajah Ayah, tubuhnya yang mulai renta, dan nafasnya yang mungkin sudah tersengal-sengal menghantui pikiran saya sepanjang jalan.

Begitu tiba di rumah, saya lihat Ayah terbaring lemas di depan ruang tamu, matanya setengah terpejam dan nafasnya berat. Saya dan abang segera mengangkatnya ke dalam mobil, dan kami melaju ke RS Cut Mutia. Jalanan hari itu terasa lebih panjang dari biasanya, meski saya tahu setiap menit bisa sangat menentukan.

IMG_20250615_172036.jpg

Setibanya di rumah sakit, tim medis lansung sigap membawa Ayah ke IGD. Kami hanya bisa menunggu hasil pemeriksaan, berdoa dan berharap. Tak lama kemudian, dokter memberi tahu bahwa Ayah harus dirawat karena gangguan pernafasan akut. Kami mengangguk, pasrah dan berharap Ayah bisa segera stabil.

Hari ini Ayah masih dirawat di RS Cut Mutia. Keadaan beliau mulai membaik, walau masih butuh pemantauan intensif. Sementara itu, pintu garasi ibu Nusiah belum selesai, dan saya belum sempat mengabarkan padanya. Tapi saya yakin, ia akan mengerti. Karena dalam hidup ada hal-hal yang bisa ditunda, seperti pintu garasi dan ada yang tidak bisa menunggu, seperti detak jantung seorang Ayah.

Di tengah kekacauan ini, saya belajar satu hal, bahwa di balik kesibukan dan rutinitas, keluarga tetaplah yang paling utama.

Sort:  

Semoga abu lekas sembuh 🤲