Protected animals in my country (Tapir Sumatra, Indonesia)

Tapir berjenis Tapirus Indicus hanya dapat ditemukan di pulau Sumatra, Indonesia yakni bagian selatan Danau Toba dan Lampung. Hewan langka ini hanya tersisa sekitar 400-500 ekor dari jumlah keseluruhan di dunia sebagaimana tertulis dalam beberapa laman media sosial tahun 2024. konon! Tapirus Indicus ini dikenal sebagai endemik Sumatra serta tersebar dibeberapa negara di Asia seperti Malaysia, Myanmar dan Thailand. Sumber gambar pixabay

Tapir atau dengan nama lain "Tenuk" ini kondisinya sama seperti hewan-hewan dilindungi lainnya yakni berhadapan dengan berbagai macam ancaman yang menyebabkan hewan herbivora ini sulit berkembang biak dan rentan punah, terutama penyempitan hutan (deforestasi) terus berlangsung dan tidak hanya mengganggu habitat hewan langka namun hilangnya keragaman hayati dan melonjaknya resiko bencana alam.

Kami menganggapnya sebuah "Kegagalan" karena rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pelestarian alam, kurangnya sosialisasi dan edukasi serta lemahnya penerapan hukum terhadap aktivitas-aktivitas haram yang berimbas bagi kelangsungan hidup hewan dilindungi. Di Indonesia banyak hewan dilindungi karena spesiesnya sedikit dan bertahan hidup di hutan-hutan lebat. Mereka membutuhkan perlindungan atas perubahan iklim ekstrim, perambahan hutan serta pemburu-pemburu liar.

Selain penyebab alami, aktivitas manusia adalah faktor utama atas perubahan habitat dan lingkungan hewan berjulukan Tapirus Indicus ini. Seperti uraian kami di atas, selain hidup beberapa negara di Asia, tiga spesies Tapir lainnya juga masih eksis dan komunitasnya bisa ditemukan di Amerika Selatan. Menurut catatan sejarah hewan langka di Indonesia Endemik bertubuh besar ini juga pernah hidup di Pulau Jawa dalam waktu tertentu.

sumber gambar pixabay

Aku belum pernah melihat hewan unik ini secara langsung, kecuali melalui media sosial dan youtube. Benar! Tidak hanya bentuk hidung panjang dan lentur seperti belalai, warna kulit hitam putih yang membalut seluruh tubuhnya juga bahagian ciri khas Tapirus Indicus Sumatra. Gaya hidup soliter, pandai berenang serta memiliki penciuman yang tajam. Tapir juga sebagai lambang serta bukti teori terjadinya pemisahan benua. Sesuai jenisnya sebagai hewan herbivora, tapir menyukai rumput, buah-buahan dan dedaunan muda sebagai makanan utama. Hewan yang juga dijuluki sebagai badak babi ini memiliki suara "siulan" dengan nada tinggi.

Pemerintah Indonesia juga menetapkan perlindungan hukum terhadap Tapir Sumatra sebagaimana hewan-hewan langka dan endemik lainnya dengan:

• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
• Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dan..
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi.

Dan perlu diketahui bahwa setiap tahun atau bertepatan tanggal 27 April selalu diperingati sebagai Hari Tapir sedunia dan menjadi bukti bahwa spesies Tapirus Indicus merupakan hewan dilindungi dan sedang menghadapi ancaman serius dari kepunahan.