Zakat dari Aspek Perekonomian
Seorang pengusaha yang taat kepada Khalik tentu sangat menyadari akan kewajiban zakat. Menurut hasil penelitian penulis para petani tidak menjadikan zakat sebagai kewajiban, namun menganggap zakat sebagai hak yang harus mereka penuhi, sehinga para petani lebih taat dalam menjalankan ritual zakat jika dibandingkan dengan PNS dan karyawan swasta.
Beik dalam penelitiannya, Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, meneliti para mustahik yang mendapatkan program Layanan Kesehatan cuma-cuma (LKS) sebanyak 50 orang responden.
Penelitian ini menggunakan alat analisis headcount ratio, dan indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT). Hasil penelitian menunjukkan zakat mampu menurunkan angka kemiskinan. Rasio jumlah orang miskin sebelum menerima zakat sebesar 0,84. Namun setelah zakat dibagikan rasio ini kemudian mengalami penurunan menjadi 0,74.
Artinya, ada penurunan jumlah orang miskin dari 84 persen menjadi 74 persen.
Kemudian dari aspek kedalaman kemiskinan, zakat juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, yang diindikasikan oleh penurunan nilai P1 dari Rp 540.657,01 menjadi Rp 410.337,06 dan nilai I dari 0,43 menjadi 0,33.
Sedangkan ditinjau dari tingkat keparahan kemiskinan, zakat juga mampu mengurangi tingkat keparahan kemiskinan yang ditandai dengan penurunan nilai Indeks Sen (P2) dari 0,46 menjadi 0,33 dan nilai indeks FGT dari 0,19 menjadi 0,11.
Patmawati menjelaskan zakat dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di negara bagian Selangor, Malaysia. Dengan menggunakan Lorenz Curve dan Koefisien Gini, ia menemukan bahwa kelompok 10 persen terbawah dari masyarakat menikmati 10 persen kekayaan masyarakat karena zakat. Angka ini meningkat dari 0,4 persen ketika transfer zakat tidak terjadi.
Sedangkan 10 persen kelompok teratas masyarakat menikmati kekayaan sebesar 32 persen, atau turun dari 35,97 persen pada posisi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan antarkelompok dapat dikurangi. Ia pun menyimpulkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin, mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Selangor.
Menurut Marzi Africo, zakat sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah, karena sebagian masyarakat Banda Aceh yang menjadi tempat kajiannya mampu menjadi muzaki dan wajib pajak. Pemahaman masyarakat yang masih sempit mengenai zakat menyebabkan potensi zakat sebagai sumber pendapatan asli daerah belum terealisasikan.
Abdul Halimin melihat terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan potensi zakat sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), seperti jumlah lembaga Badan Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (Bazis). Jumlah pegawai negeri sipil, jumlah masyarakat yang beragama Islam dan jumlah industri dan perdagangan yang berskala besar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
M. Jarir NA. H.D menyatakan dengan potensi zakat yang sangat besar sepatutnya dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat, namun potensi dan pengelolaan zakat belum dijalankan secara baik.
Selain itu, Mozatul Putri melihat pola distribusi zakat lebih dominan kepada pola distribusi secara konsumtif, walapun adanya pengaruh distribusi zakat terhadap kesejahteraan mustahik untuk sementara waktu. Adapun indikator kesejahteraan dalam penelitian ini adalah pendapatan sebelum dan sesudah menerima zakat yang hanya diukur dengan sesaat.
🎉 Congratulations!
Your post has been manually upvoted by the SteemX Team! 🚀
SteemX is a modern, user-friendly and powerful platform built for the Steem ecosystem.
🔗 Visit us: www.steemx.org
✅ Support our work — Vote for our witness: bountyking5
Thank so much @steemx.org
Thank so much @steemcurator09.