Memantau Persiapan Panahan dan Gladi Resik Pelantikan Pengurus

Poster

Apakabar rekan-rekan semuanya. Saya berbagai cerita tentang kegiatan pada tiga pekan lalu. Ada yang menarik dari cerita panjang itu. Makanya, meski sudah "kadaluarsa" tanggalnya, namun cerita dibalik itu masih bisa menjadi iktibar bagi mereka yang mau memahaminya. Cerita itu terkait dengan komunitas panahan.

Memanah atau panahan adalah olahraga sunnah yang dianjurkan. Selain itu ada berkuda dan berenang. Kali ini saya membahas soal panahan saja. Kini dibawah bendera Perpani atau Persatuan Panahan Indonesia ada ratusan atlet di Aceh. Mereka mengikuti prakualifikasi (Pra) Pekan Olahraga Aceh (PORA) 2025.

Pra ini untuk menyeleksi atlet-atlet yang akan bertanding di PORA 2026 nanti di Aceh Jaya. Nah untuk persiapan Pra-PORA itulah, kami pengurus panahan cek lapangan di Kompleks Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. Lapangan ini baru September 2024 lalu dipakai sebagai tuan rumah cabor Panahan di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut.

• Memantau Prakualifikasi Panahan

Panitia dan atlet berlatih sebelum resmi berkompetisi

Saat saya tiba sekitar pukul sepuluh siang, beberapa pengrus Perpani Aceh sedang menarik pembatas dan menyusun papan bidik di ujung lintasan. Berhubung masing-masing sudah ada tugas sendiri, saya segera menemui rekan-rekan yang lain. Mereka sedang duduk di depan kantor Perpani Aceh. Bangunan baru yang bertribun.

Di sana ada sebagian besar pengurus. Tentu saja termasuk Ketua Umum Perpani Aceh, Prof Dr Nyak Amir, M.Pd. Selesai urusan kepengurusan serta menerima beberapa saran masukan, saya berpisah. Sebab, sudah saatnya pulang sejenak. Karena ada yang harus saya tuntaskan di luaran.

Apalagi, siangnya nanti juga akan menghadiri gladi resik pelantikan pengurus Perpani Aceh periode 2024-2029 di Gedung Mawardy Nurdin, Balai Kota Banda Aceh.

• Gladi Pelantikan Pengurus Perpani

Pukul tiga lewat sekian menit, saya sudah berada di kompleks Balai Kota Banda Aceh. Langsung mencari jalan naik ke lantai empatnya. Sebab di sanalah prosesi gladi berlangsung. Saya tiba, tidak banyak pengurus yang berhadir. Hanya belasan saja. Ini sudah bisa di mana-mana. Dari 70 orang yang akan dilantik, saat gladi yang datang cuma 27 orang saja. Biasa itu.

Tapi kebiasaan itu jangan dipelihara.

Sebelum naik ke atas, saya mengabadikan lingkungan balai kota yang sudah lama tidak saya kunjungi. Apalagi sejak pindah data kependudukan ke Aceh Besar. Sebelum itu rutin mengunjungi gedung ini untuk urusan administasi.

Ketika memasuki ruangan masih kosong melompong. Sebagai yang datang adalah pengurus teras. Karena rasa tanggungjawab menyukseskan acara, maka mereka praktis harus mengawal dan memastikan tempat dan segala perangkat, agar esoknya pelantikan pengurus berlangsung lancar dan sukses.

Persoalannya menjadi ringan, sebab kehadiran pengurus yang dilantik bukan untuk mengangkat kursi dan meja. Hadir untuk meramaikan, melihat dan tentu saja memberi saran dan masukan dimana kurangnya. Sedangkan ruangan sendiri sudah ada bagian yang mendekorasi.

Sebab ruangan ini milik Pemko Banda Aceh, tentu pengelola gedung sudah siap semua perangkat. Pengguna datang memasang spanduk, mengatur kursi atau meja sesuai selera.

Gedung ini memang sangat refresentatif. Tidak besar dan juga tidak kecil. Cocok untuk kegiatan yang melibatkan 150-200 peserta. Dengan jumlah tersebut, tidak terlalu padat di dalamnya.

Ada ruang untuk membuang nafas. Pendingin ruangan cukup cukup. Dekorasi ruang lebih modern, meski sudah mulai dimakan usia. Perangkat pendukung lainnya juga memadai.

---

Ketika hendak pulang, saya pun ikut mengabadikan moment kunjungan ke sini lagi. Tak ada perubahan besar. Hanya pohon-pohon saja yang makin tebal dan rindang. Selebihnya tidak. Gedung pun masih dengan warna yang sama. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

---

| Photographer | @munaa |
| Device | Samsung Galaxy A14 5G |
| Location | Banda Aceh |

---

Regard @Munaa

---