Relativitas - Seorang Bocah, Kakek dan Kail
Suatu ketika seorang kakek datang kepada cucunya yang kebetulan berada di tepi danau, dengan suara yang lembut dia bertanya.
"Apa yang kamu lihat wahai cucuku?"
Cucunya menjawab, "Aku melihat ikan ada di dasar danau, ingin rasanya menangkap ikan itu, lihatlah temanku, mereka mendapatkan ikan-ikan tersebut"
Sang kakek pun kembali berkata, "tunggu di sini sejenak, kakek akan memberimu alat untuk menangkap ikan-ikan tersebut"
"Benarkan" Jawab sang cucu.
Tidak lama berselang, sang kakek membawakan setongkat kail yang sering kita sebut alat memancing. Terbuat dari bambu dengan mata kail/mata pancing di ujung benang.
Sang kakek berkata, "Ini adalah alat memancing, di ujung tali ini ada sebuah mata pancing yang harus engkau beri umpat. Berusahalah menangkap ikan-ikan yang ada di danau ini"
Setelah memberikan alat memancing tersebut, sang kakek berpesan. "Kamu telah memiliki alatnya, kini coba perhatikan bagaimana cara teman-temanmu menangkap ikan-ikan itu"
Pesan terakhir dari sang kakek, sebelum meninggalkan cucu-nya "Ingat cucuku, memancing itu membutuhkan Umpan, kesabaran, ketekunan, disiplin, ketenangan pikiran dan mental. Selanjutnya, biarkan keberuntungan datang sesuai dengan apa yang kamu lakukan."
"Tidak selamanya ikan tersangkut di kail, kadang berhasil kadang juga nihil.", Lanjutnya.
Hari itu sang cucu belajar sendiri dari nasehat dan bantuan alat pancing dari sang kakek, ikan yang di dapat cukup banyak, sehingga dia benar-benar senang dan bahagia. Mencari sejenak umpan lalu duduk dengan penuh kesabaran, ketekunan, disiplin, ketenangan pikiran dan mental dia lakukan. Keberuntungan benar-benar datang padanya hingga hasil tangkapan berlimpah.
Ternyata sang kakek masing duduk di sebuah kaki bukit, menatap ke arah sang cucu yang lagi memancing. Dari kejauhan sang kakek berkata dalam hatinya.
"Aku hanya menunjukkan, masalah hasil bukan hak ku untuk menentukan. Karena itu hak prerogatif Tuhan. Atas usaha, kesabaran, ketekunan, disiplin, ketenangan pikiran yang cucuku lakukan"
Bisikan terakhir sang kakek dalam hatinya. Seberapa banyak ikan yang cucu ku dapat, Tuhan yang memberikan, bukan hasil bantuan ku, melainkan aku hanyalah perantara semata.
Anda tau kemana arah pembicaraan ini. Ini bukan tentang Seorang Bocah, Kakek dan Kail |
---|