Harmoni di Bawah Cahaya Malam
DI SEBUAH jalan di Kota Bandung yang berlapis batu, malam itu terasa hidup. Lampu jalan berkelip hangat, menembus dedaunan pohon yang berjajar rapi di sepanjang trotoar. Deretan motor yang terparkir rapi di sisi kiri jalan seolah menjadi saksi bisu hiruk-pikuk keseharian orang-orang yang singgah.
Suara deru mesin mobil yang melintas berpadu dengan riuh langkah pejalan kaki, sementara aroma kopi dari sebuah kafe di pojok jalan menguar, mengundang siapa saja yang ingin beristirahat sejenak. Di sisi lain, mural warna-warni di dinding toko mempercantik suasana, menambah semangat malam yang tenang namun penuh kehidupan.
Malam itu, kota bukan hanya sekadar tempat persinggahan—ia berubah menjadi panggung cerita. Ada yang baru pulang bekerja, ada yang bergegas menuju pertemuan, ada pula yang sekadar duduk di jok motor, menikmati suasana sambil menunggu kawan. Semua terjalin dalam harmoni sederhana, di bawah lampu-lampu yang setia menjaga jalanan hingga fajar tiba.