Pendamping Seorang Pejuang Di Arena Pra Pora
gambar di kirim melalui WhatsApp teman istri
Saya masih ingat jelas pagi itu, matahari belum tinggi ketika kami tiba di lokasi seleksi Pra pora Aceh Utara. Suasana penuh semangat menyelimuti aula pertandingan, tapi hati saya berdebar kencang. Hari itu, istri saya pendekar tangguh di kelas C akan bertarung memperebutkan tiket ke ajang bergengsi pencak silat Pra Pora.
Bukan kali pertama dia bertarung, tapi setiap pertandingan selalu punya kisahnya sendiri. Sebagai suami, saya hanya bisa berada di sudur arena, menjadi penyemangat perjuangannya. Sejak awal seleksi, saya tahu ini bukan sekedar kompetisi, ini adalah bentuk pengabdian dan tekad yang tak bisa dianggap remeh.
Saya melihatnya mengenakan seragam silat dengan tenang, tapi mata kami selalu bertemu, penuh keyakinan. D situlah saya tahu, dia siap
foto bersama anak perguruan sebelum istri saya bertanding
Pertandingan demi pertandingan dia lalui dengan semangat dan strategi yang matang. Saya ikut menahan nafas setiap kali lawan menyerang, ikut mengepalkan tangan saat dia melancarkan serangan balik. Dia bukan hanya seorang istri di mata saya hari itu, dia adalah seorang pendekar sejati.
Final pun tiba. Partai terakhir, penentu segalanya. Suasana tegang tak terbantahkan. Tapi ketika ia melangkah ke arena, langkahnya mantap. Waktu berjalan lambat, tapi setiap detik saya ingat, betapa kerasnya ia berlatih selama ini, betapa banyak peluh doa yang ia curahkan demi momen ini.
Dan akhirnya, suara lonceng terdengar. Ia menang. Dan wajahnya penuh haru. Saya tidak bisa menahan diri, saya berdiri bertepuk tangan sekuat tenaga. Dalam hati saya bersyukur Alhamdulillah dia lolos. Dia berasil meraih tiket ke pra pora.
Kami tidak saling berkata banyak saat itu. Ia memeluk saya dalam kelelahan dan saya hanya berbisik, Saya bangga padamu.
Hari itu bukan hanya hari kemenangannya, tapi juga hari' kemenangan kami. Saya menyadari bahwa mendampingi bukan hanya soal hadir secara fisik, tapi juga soal kepercayaan, dukungan dan keyakinan pada perjuangan orang yang kita cintai.
Saya pulang dengan satu pelajaran penting. Di balik pendekar hebat, ada doa dan cinta yang terus mengalir tanpa henti. Dan saya bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari perjalanan besarnya.
