Tahlilan Bersama Rombongan Desa
Malam yang penuh khidmat dan haru, warga desa kami berkumpul dalam rombongan untuk menghadiri tahlilan di kediaman almarhum Abi Gani, seorang ulama kharismatik yang sangat dihormati di Aceh, dan yang semasa hidupnya tak pernah jauh dari masyarakat kami, baik secara fisik maupun spiritual.
Abi Gani dikenal luas sebagai sosok alim yang bersahaja. Ilmunya mendalam, namun ia selalu menyampaikannya dengan rendah hati. Kehadirannya menjadi cahaya penerang bagi banyak orang, khususnya di kecamatan kami, di mana beliau kerap mengisi pengajian, menjadi rujukan dalam persolan agama, serta penyejuk dalam setiap konflik yang timbul. Maka, kepergian beliau menjadi kehilangan besar, tak hanya bagi keluarga, tapi juga bagi seluruh warga Aceh.
Rombongan dari desa kami berangkat selepas shalat Maghrib. Dengan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan, sebagian besar pria mengenakan baju Koko dan sarung, sementara para ibu mengenakan mukena atau jilbab panjang berwarna gelap sebagai tanda duka dan penghormatan. Kami menempuh perjalanan sekitar 15 menit menuju rumah duka di desa tetangga, yang tak jauh dari perbatasan desa kami.
Sesampainya di sana, kami disambut dengan hangat oleh pihak keluarga dan panitia tahlilan. Suasana haru menyelimuti rumah panggung tradisional Aceh. Di halaman rumah depan, telah digelar tikar panjang, tempat para tamu duduk bersila, wajah-wajah penuh kesedihan tampak di antara jama'ah, namun ada pula ketenangan sebuah kesadaran bahwa Abi Gani telah kembali ke hadirat Allah dalam keadaan husnul khatimah.
Acara dimulai dengan pembacaan Surah Yasin secara berjamaah, dipimpin oleh seorang imam desa kami yang dulu merupakan murid dari almarhum. Lantunan ayat suci Alquran menggema penuh kekhidmatan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan doa arwah. Dalam doa' tersebut, disebutkan segala jasa dan amal baik almarhum, dengan harapan agar Allah melapangkan kuburnya dan menempatkannya di tempat terbaik disisinya.
Setelah tahlilan, Beberapa tokoh masyarakat dan ulama yang hadir diberi kesempatan untuk menyampaikan kenangan dan pesan-pesan dari almarhum. Banyak yang meneteskan air mata saat mengenang betapa besar kontribusi Abi Gani dalam membimbing umat dan menjaga nilai-nilai Islam di lingkungan kami.
Acara ditutup dengan makan bersama secara sederhana, sebuah tradisi yang menguatkan tali silaturahmi di antara kami. Di tengah hidangan khas Aceh seperti kuah beulangong dan sambal ganja, kami saling bertukar cerita tentang kebaikan Abi Gani yang tak lekang oleh waktu.
Tahlilan malam itu bukan sekedar bentuk penghormatan terakhir, tapi juga momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang telah beliau wariskan. Semoga semangat beliau dalam menebar ilmu dan kasih sayang terus hidup dalam setiap langkah kami.

Salam @aril.hatake