Kembali pulang dari Koetaradja

Hagoe's Village: August, 8th 2025
Hari ini adalah hari ketiga kami berada di Kota Banda Aceh untuk mengantarkan si Abang (@lutfihakim12) yang akan mulai masuk kuliah dalam beberapa hari kedepan, dan juga membereskan semua keperluannya.
Semua barang-barang dan perlengkapan pun telah kami persiapkan dan kami bereskan, termasuk rumah kostnya di Kawasan Rukoh-Darussalam Banda Aceh.
Yang artinya misi utama kami sekeluarga ke Kota Banda Aceh telah selesai dikerjakan. Dan kami berharap nantinya si Abang akan menempuh pendidikan sarjananya di Kota ini dengan baik demi cita-cita dan masa depannya nanti.
Ini adalah harapan dari semua orang tua, agar anak-anak mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak, agar bisa menyongsong masa depan mereka dan menghadapi semua tantangan yang akan ditemui dalam kehidupannya nanti.
Meskipun aku sedang menjalani cuti tahunan sebagai ASN, dimana aku punya waktu luang yang banyak untuk melakukan berbagai hal termasuk berlibur bersama keluarga di Kota ini, tetapi aku tidak sepenuhnya bisa berlibur dan meninggalkan tanggung jawabku di rumah kami.
Sudah tiga hari kami meninggalkan rumah dengan segala tanggung jawab akan tanaman serta peliharaan kami, dimana kucing-kucing kami dirawat dan dijaga oleh adikku.
Tetapi tidak mungkin seterusnya hal itu berlangsung, dan kami memutuskan untuk meninggalkan Kota Banda Aceh dan pulang ke rumah kami pada hari ini.
Sarapan pagi
Pagi-pagi setelah menunaikan sholat subuh, kami segera bersiap-siap untuk berangkat pulang ke kediaman kami di Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.
Kami menjemput ponakan kami yang tinggal di Kawasan Prada, Banda Aceh untuk mengajak mereka sarapan pagi, dan berkeliling sebentar sebelum kami meninggalkan Kota Banda Aceh.
Kami memilih sebuah warung kopi di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman untuk sarapan pagi hari ini, karena kami merencanakan untuk mengunjungi Mesjid Raya Baiturrahman serta membeli oleh-oleh di sebuah toko yang menjual aneka oleh-oleh, yaitu Toko Simbun Sibreh yang cukup terkenal di Kota Banda Aceh.
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Video reels, w3w.location, Google Maps
Setelah sarapan di warung ini, kami segera menyeberang jalan menuju Mesjid Raya Baiturrahman yang menjadi destinasi utama dari orang-orang yang berkunjung ke Kota ini.
Tidak sah rasanya bila tidak singgah di mesjid ini ketika kita berkunjung ke Koetaradja Banda Aceh, untuk melakukan sholat ataupun sekedar untuk menikmati pemandangan serta berfoto-foto ria di area mesjid ini.
Mesjid ini sendiri memiliki sejarah yang sangat panjang dalam masyarakat Aceh, bahkan Kerajaan Aceh sebelum bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sebelum Indonesia merdeka.
Mesjid yang dibangun pada tahun 1612, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (ada yang berpendapat mesjid ini dibangun pada tahun 1292, oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah) ini telah beberapa kali mengalami pemugaran, sampai saat ini.
Pada saat bencana gempa bumi dan tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu, mesjid ini menjadi salah satu bangunan yang selamat dari terjangan tsunami Aceh dan menjadikannya sebagai simbol ketegaran dan kekuatan masyarakat Aceh.
Dan saat ini, Mesjid yang megah ini menjadi salah satu destinasi wisata religi favorit di Kota Banda Aceh, yang menarik para wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Kolam dan taman Mesjid Raya Baiturrahman
Mesjid ini memiliki ciri khas yaitu atap bertingkat dan kubah yang besar, yang dihiasi dengan ornamen Islam atau Timur Tengah. Saat ini Mesjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah, 8 menara dan 32 pilar mesjid yang menyokongnya.
Di halaman mesjid atau disebelah timur mesjid, terdapat kolam dan taman yang sering dijadikan sebagai tempat untuk berfoto-foto oleh para pengunjung.
Aku masih ingat, dulu ketika kami pulang kuliah di tahun 90-an, kami sering mampir ke mesjid ini untuk bersantai dan nongkrong bersama teman-teman.
Di mesjid ini, dulunya ada seorang kakak letting kami di kampus yang bekerja sebagai fotografer amatir demi dia bisa kuliah, karena dia berasal dari kampung dan memiliki kemampuan finansial yang terbatas.
Berkat kegigihan dan perjuangannya, saat ini dia sukses menjadi seorang pejabat di daerah asalnya di Kabupaten Aceh Barat Daya. Sebuah perjuangan hidup yang cukup menginspirasi kita.
Menara mesjid
Di sisi timur Mesjid Raya Baiturrahman terdapat sebuah menara yang cukup tinggi sekitar 53 meter, dimana para pengunjung bisa melihat pemandangan hampir seluruh kota Banda Aceh dari puncak menara ini.
Pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota Banda Aceh dengan menaiki tangga yang ada di menara tersebut agar sampai di puncak menara.
Payung elektrik
Halaman Mesjid Raya Baiturrahman ini cukup luas dan telah mengalami beberapa kali renovasi agar bisa difungsikan dengan optimal. Dan salah satu ciri khasnya adalah telah dibangun payung-payung elektrik, dan telah diresmikan penggunaannya pada bulan Februari 2017.
Payung elektrik sebanyak 12 unit ini mengingatkan kita pada Mesjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Dan payung elektrik ini hanya digunakan atau dikembangkan pada waktu-waktu tertentu saja.
@lutfihakim12 bersama bunda dan adiknya
Kami pun berfoto-foto di lokasi ini, seperti halnya para pengunjung yang berkunjung ke destinasi wisata religi ini.
Si Abang berfoto bersama dengan bundanya serta adiknya (si kecil Alvira), karena mereka akan sangat jarang bisa bertemu lagi karena si Abang sedang kuliah di Banda Aceh, sedangkan kami akan kembali ke kampung halaman.
Pastinya, kedepan kami akan saling merindukan satu dengan lainnya. Tetapi demi masa depannya, kami harus merelakan si Abang berada jauh dari sisi kami.
Doa kami setiap waktu semoga dia selalu dalam keadaan sehat serta dalam lindungan Allah SWT, serta bisa menyelesaikan pendidikan sarjananya nanti demi masa depan yang gemilang.
@lutfihakim12 berfoto bersama si kecil Alvira
Ini juga merupakan momen perpisahan untuk sementara bagi si kecil Alvira dengan abangnya, karena sebentar lagi kami akan meninggalkan Kota Banda Aceh menuju kampung halaman. Sementara si Abang akan berjuang sendiri di perantauan ini.
Walaupun terkadang mereka "ribut" ketika berada di rumah, tetapi mereka akan merasakan saling kehilangan bila tidak bertemu untuk waktu yang lama.
Foto bersama ponakan
Sebelum beranjak dari lokasi Mesjid Raya Baiturrahman untuk kembali ke Kabupaten Aceh Utara, kami juga berfoto bersama dengan ponakan-ponakan kami yang telah menemani kami selama beberapa hari di Banda Aceh.
Setidaknya si Abang memiliki beberapa orang saudara sepupunya ketika berada di Kota Banda Aceh, yang sama-sama sedang menempuh pendidikan sarjananya disini.
Mesjid Jamik Baitul Muttaqin Saree. w3w.location, Google Maps
Kami pun kemudian berpisah, dan aku mengendarai sendiri mobil menuju kampung halaman kami. Dan kami sempat singgah di sebuah mesjid di Kawasan Saree Kabupaten Aceh Besar untuk istrahat sebentar.
Mesjid Jamik Baitul Muttaqin ini sering disinggahi oleh para pelintas untuk beristirahat setelah lelah mengendarai mobil mereka.
Cuaca yang dingin serta air yang sejuk di Mesjid ini sangat cocok dan nyaman sebagai tempat untuk melepas lelah ketika menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Membeli oleh-oleh. Video reels
Di dekat Mesjid Jamik Baitul Muttaqin ini juga terdapat para pedagang yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas seperti aneka keripik, dodol dan berbagai oleh-oleh lainnya untuk dibawa pulang.
Ini juga merupakan ciri khas wilayah ini, dimana para pelintas sering berhenti di kawasan ini untuk membeli oleh-oleh.
Dan usaha ini terbukti telah menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat selama berpuluh-puluh tahun lamanya, dengan mengolah dan menjual hasil buminya.
Makan siang
Setelah membeli sejumlah oleh-oleh untuk dibawa pulang di kawasan ini, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kota Lhokseumawe.
Kami kembali singgah di daerah Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya untuk makan siang di sebuah warung, dan mengambil barang kiriman dari adik ipar untuk anaknya yang tinggal di rumah mertuaku.
Si kecil Alvira terlihat murung
Kemudian aku kembali menyetir mobil menuju jalan pulang agar kami tidak terlalu sore tiba di Kota Lhokseumawe.
Si kecil Alvira terlihat agak murung karena berpisah dengan abangnya. Bahkan dia sempat menangis terisak-isak ketika di dalam mobil dan berkata : nanti nggak ada Abang lagi di rumah...! 😭
Sholat di Musholla SPBU
Kami sempat singgah di sebuah SPBU di daerah Matang Glumpang Dua untuk istirahat sebentar dan melaksanakan sholat ashar di hari ini.
Di SPBU ini, aku juga bertemu dengan teman yang dulunya sama-sama berdinas di Kabupaten Aceh Utara. Dia juga baru pulang dari Banda Aceh dengan menyetir mobilnya sendiri hari ini.
Hujan deras di Kota Lhokseumawe
Sekitar pukul 05 sore, kami telah tiba di Kota Lhokseumawe dan disambut dengan hujan yang cukup deras yang mengguyur Kota Petro Dollar ini.
Kami segera menukar mobil adik dengan mobil kami, dan memindahkan semua barang-barang ke mobil, agar kami bisa segera pulang ke Matangkuli.
Tetapi kemudian kami tertahan di daerah Buketrata, karena hujan deras telah menyebabkan genangan air di badan jalan yang membuat lalulintas menjadi macet parah.
Setelah berhenti di sebuah SPBU di Buketrata untuk sholat magrib, makan malam dan mengisi Pertamax mobil kami, kami pun melanjutkan perjalanan pulang.
Kami singgah di rumah mertuaku di Landeng untuk mengantarkan oleh-oleh yang kami bawa dari Banda Aceh. Tetapi karena kecapean, mertuaku menyarankan agar kami menginap di rumah mertua saja malam ini.
Sekian postinganku kali ini. Stay Healthy and Fun, Ciao...!
@alee75
📚Jalaluddin Rumi : Ciptakanlah keindahan di dalam hati Anda, dan keindahan di sekitar Anda akan mengikuti.💝

