Membuat Balok Tiang Balai di Kuburan

MY WRITE

ASSALAMUALAIKUM

Halo, sobat Steemit!

Menjadi tukang bangunan itu unik. Pekerjaan kami tidak selalu berada di tempat yang glamor atau ramai. Kadang, justru kami bekerja di lokasi-lokasi yang jarang dijamah orang. Salah satu pengalaman paling menarik yang baru saja saya alami adalah mengerjakan balok tiang balai di tengah kuburan.

Mungkin terdengar aneh, atau bahkan menyeramkan bagi sebagian orang. Tapi bagi kami, ini hanyalah salah satu bentuk pekerjaan yang harus kami kerjakan dengan profesional—apa pun lokasinya.

Awal Mula Proyek

Kami mendapat kabar dari seseorang yang dipercaya warga setempat. Ia menyampaikan bahwa di kampungnya ada rencana membangun balai kecil di area pemakaman umum. Balai ini nantinya digunakan untuk tempat berteduh saat ziarah, tempat istirahat, atau acara doa bersama seperti tahlilan dan haul.

Tidak banyak yang bersedia mengambil proyek semacam ini. Beberapa mungkin berpikir dua kali karena lokasi yang jauh dan suasana yang tidak biasa. Tapi bagi kami, ini justru tantangan menarik. Akhirnya, kami menerima tawaran tersebut dan mulai merancang langkah kerja.

IMG_20250601_130709_889.jpg
Perjalanan Menuju Lokasi

Hari pertama dimulai dengan mengangkut alat dan bahan bangunan dari pinggir kampung. Karena lokasi kuburan tidak bisa dijangkau kendaraan, semua harus dibawa manual: semen, pasir, cetakan kayu, alat pengaduk, dan bekal.

Perjalanan menuju lokasi kerja
Kami berjalan kaki beriringan. Jalanan kecil, banyak akar dan tanjakan, cukup menguras tenaga. Tapi pagi itu udara sejuk, burung berkicau, dan matahari belum terlalu menyengat.

IMG_20250601_130950_391.jpg
Mengarungi sungai yang lumayan lebar tanpa jembatan

Setelah sekitar 15 menit berjalan, kami sampai di pinggir sungai. Tidak ada jembatan, jadi satu-satunya cara adalah mengarungi air. Tinggi air sekitar lutut, dengan arus sedang. Kami harus jalan pelan-pelan sambil mengangkat barang agar tidak basah. Ini pengalaman yang cukup mendebarkan tapi menyenangkan. Ada rasa seperti petualangan kecil di tengah kerja.

Setelah mengarungi sungai dan melewati beberapa semak, kami tiba di area kuburan. Suasananya tenang, banyak pohon besar, dan rumput-rumput liar yang mulai tinggi. Terlihat beberapa nisan tua dan yang baru. Meski tempatnya sepi, kami tidak merasa takut—malah terasa damai.

Sampai di lokasi

Kami mulai menata area kerja, membersihkan lahan yang akan dipasangi cetakan, dan memeriksa kekuatan tanah. Dalam hati, saya berpikir: "Mungkin ini tempat paling hening yang pernah saya jadikan lokasi kerja."

IMG_20250601_113004_421.jpg
Persiapan Adonan dan Pemasangan Cetakan

Menyiapkan material dan adonan semen
Kami mencampur pasir, semen, dan air dengan takaran yang pas. Semua dilakukan manual karena alat berat jelas mustahil dibawa ke lokasi ini. Tangan kami penuh dengan debu, keringat bercucuran, tapi kami bekerja dengan semangat.

Kami juga merakit cetakan kayu untuk balok tiang. Cetakan ini harus kuat dan presisi, karena menjadi dasar dari struktur balai nanti. Kalau salah satu tiang miring atau retak, bangunan bisa jadi tidak stabil.

Sambil bekerja, kami sering saling lempar candaan untuk mencairkan suasana. Kadang-kadang suara daun jatuh saja bisa bikin menoleh cepat, maklum tempatnya sedikit "berbeda". Tapi makin lama kami merasa biasa saja. Toh kami hanya bekerja, dan semoga yang di alam sana juga tidak terganggu.

IMG_20250530_144322_068.jpg
Istirahat sejenak di pinggir makam

Sekitar pukul 11 siang, kami istirahat. Duduk di bawah pohon besar, menghadap ke deretan makam. Kami makan bekal sambil ngobrol ringan. Suasananya hening, tapi tidak menyeramkan—malah membuat kami merasa lebih tenang, lebih reflektif.

Ada momen di mana saya memandang barisan batu nisan dan berpikir, "Satu hari nanti, kita semua akan sampai di tempat ini juga." Pekerjaan hari itu bukan cuma tentang beton dan semen, tapi juga tentang merenungkan hidup.

IMG_20250601_112952_378.jpg
Cetakan balok tiang selesai, tinggal tunggu besok untuk dibuka

Menjelang sore, cetakan balok tiang selesai semua. Kami tutup dengan plastik agar tidak kering terkena angin malam. Besok pagi kami akan kembali untuk membuka cetakan dan melanjutkan tahap berikutnya.

Pekerjaan hari itu mungkin terlihat sederhana, tapi membutuhkan tenaga dan ketelitian yang tidak sedikit. Kami puas karena semua selesai sesuai rencana.

Bekerja di lokasi seperti ini memberi kami banyak pelajaran:

Kesabaran, karena semua serba manual dan butuh waktu ekstra.

Kekompakan tim, karena tidak ada yang bisa bekerja sendirian di kondisi seperti ini.

Kesadaran spiritual, karena setiap langkah mengingatkan kami pada kehidupan dan kematian.

Proyek ini membuat saya semakin bangga menjadi tukang bangunan. Tidak peduli di mana tempatnya, kami tetap berusaha memberikan hasil terbaik.

Jadi, membuat balok tiang untuk balai di kuburan. Mungkin terdengar tidak biasa, tapi ini adalah bagian dari kenyataan pekerjaan di lapangan. Kami bukan hanya membangun struktur fisik, tapi juga membantu masyarakat menyediakan tempat yang bermanfaat.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Kalau kamu suka cerita seperti ini atau punya pengalaman kerja di lokasi yang unik, jangan ragu berbagi di kolom komentar ya.
Sampai jumpa di cerita lapangan selanjutnya!

WASSALAM AND THANK YOU