mengambil baju Hari Lebaran di toko Afdal Taylor
Halo sahabat steemit yang mulia, saya terus berdoa dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh sang maha kuasa yang telah memberikan kesehatan, kesempatan umur panjang untuk bisa terus berkarya disini dan saya juga berdoa untuk saudara saya yang selalu setia dalam menemani saya di platform steemit.
Di sebuah sudut tenang tepi kedai toko ini terletak di tepin punti Krung Pase, berdiri sebuah kedai sederhana bertuliskan Afdal Taylor Bangunannya tidak mewah dengan ukuran kedai 4×4 pas untuk menjahit, tapi setiap helai tirai dan gantungan kain di sana punya cerita sendiri.Kedai itu menjadi saksi banyak perbincangan saya di sini bersama cekli.
Cek li seorang yang punya kedai ini si Afdal adalah anak pertama dikasih nama kedai ini kedai Afdal Taylor oleh cek li tukang jahit, adalah lelaki ramah, dengan tangan yang cekatan menjahit baju kurung, jas, dan kadang seragam sekolah anak-anak kampung mesinnya berderak halus, menyatu dengan suara gemericik air sungai yang mengalir tak jauh dari situ yang menguntungkan mesin typical.
Setiap pagi, cek li membuka kedainya dengan menyapu lantai papan, menyusun gulungan kain lalu duduk di kursi kayu sambil menunggu pelanggan tak jarang, ia ditemani kopi hitam pekat dan sebungkus rokok lokal yang tak pernah jauh dari meja jahitnya begitulah Afdal Taylor. Di kedai kecilnya di tepi Punti Krung Pase, ia tak hanya menjahit kain, tapi juga merajut kenangan dan harapan di sini untuk mencari nafkah rezeki yang halal buat anak dan keluarganya.
Hujan turun renyai-renyai di pagi,pagi itu angin membawa aroma tanah basah yang menenangkan jadi seolah-olah menyambut datangnya bulan Syawal kemarin yang hanya tinggal beberapa hari lalu jam masih menunjukkan angka 9, tetapi jalan sudah mulai sibuk manusia berlomba-lomba menyiapkan hal terakhir sebelum Aidilfitri tiba.
Saya melangkah keluar dari rumah dengan hati yang sedikit gemetar jadi gas bukan kerana takut hujan ya, tetapi kerana satu hal baju raya tahun ini sangat yang istimewa yang dijahit di toko Afdal Taylor, satu kedai jahit yang bukan hanya sekadar kedai, tetapi tempat di mana benang dan kain menjadi saksi kepada harapan dan kenangan di sini dengan cek li.
Aku tiba di kedai itu selepas satu perjalanan yang lebih panjang dari biasa bukan kerana jaraknya, tetapi kerana ingatan yang hadir sepanjang perjalanan jadi di setiap tahun, orang pertama yang melihat bajuku beliau akan senyum dan beri komen mungkin warna ini memang cocok dengan saya tahun ini dengan baju warna seperti ini gass, pintu kedai terbuka dengan bunyi lonceng kecil bau harum kanji kain yang baru digosok menyambut, disertai wajah mesra Encik Afdal yang sedang menanda pola pada sehelai kain tua.
Saya beredar ke bahagian belakang dan muncul semula membawa sehelai baju melayu yang tergantung rapi di menyangkut kayu. Warnanya warna zamrud gelap bercahaya di bawah lampu jadi tangan di pergelangan tangan dan leher baju tampak kemas dan penuh seni lalu saya menyentuh kainnya yang Lembut hangat seolah-olah baju itu sendiri memahami perjalanan yang aku lalui.
![]() | ![]() |
---|
Saya membayar dengan tangan sedikit menggigil, bukan kerana jumlahnya, tapi kerana nilai sentimental yang tak ternilai. Keluar dari kedai, hujan masih turun. Tapi kali ini, aku tak kisah baju raya dalam beg kertas di tangan kanan, dan dalam hati, ada rasa puas tahun ini mungkin, akan senyum seperti biasa, sambil berkata, “Warna ni memang cocok denganku teman.
Terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan juga dukungan dari tim lain dan semua itu tanpa dukungan saya tidak mungkin bisa mencapai semua ini saya mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya 🙏.
Photographer @steem-wariors
Location Aceh.indonesia
Thanks everyone:
@steem-wariors
Hormat kami,
@steem-wariors
Hi, @steem-wariors,
Your post has been manually curated!
Thanks you so much ♥️