RE: tired and disappointed
Lelaki itu sudah tidak memiliki orang tuanya lagi, bahkan dulu orang tuanya juga tidak menyayangi anak-anaknya dan balasan untuknya sebelum meninggal, anak-anak tidak mau mengurusnya.
Dan sekarang dia juga bersikap yang sama seperti orang tuanya dulu, dia juga akan merasakan ketika dia tua nanti.
Aku memiliki hati yang sangat lemah ketika berhadapan dengan masalah anak-anak yang di sia-siakan, rasanya ingin ku pukul saja suami dari temanku itu.
Aku tidak memiliki uang yang banyak sehingga aku tidak bisa membantunya terlalu jauh, kalau hanya untuk membeli obat untuk anaknya yang sedang sakit pasti akan ku berikan walaupun aku juga kekurangan namun aku tidak bisa menutup mata ketika anaknya menderita dan membutuhkan obat untuk kesembuhannya.
Dia sudah ku anggap keluarga ku, namun untuk ikut terlalu jauh dalam keluarganya tentu saja tidak bisa, aku akan mendukung apapun keputusannya ke depan, dia belum bisa mengambil keputusan berpisah karena dia belum memiliki pegangan sedikit pun sementara anak-anak akan ikut dia semua, dia akan mempersiapkan matang-matang supaya tidak salah langkah.
Dia juga butuh rumah kontrakan untuk tempat dia tinggal bersama anak-anaknya, dan itu tentu saja membutuhkan uang yang banyak, karena saya yakin kalau dia memilih pergi dia tidak akan diizinkan membawa barang-barang yang ada di rumahnya sekarang.
Namun kalau dia di ceraikan itu beda lagi ceritanya, temanku itu sangat rajin dan pandai mencari uang dia juga membuat berbagai macam kue untuk di jual dan di titipkan di kedai-kedai kecil yang ada di kampung kami dan hasilnya lumayan, namun karena mereka masih satu rumah semua uang di gunakan untuk membeli beras dan kebutuhan anak-anak sehingga terkadang modalnya pun habis.
Kalau tidak di gunakan untuk kebutuhan di rumah, anak-anak pasti kelaparan, bahkan dia sering merebus pisang untuk di makan kalau dia sedang tidak memiliki beras di rumah.