Pelita didalam gelap

Hagoe's Village: June, 7th 2025
Pagi ini aku bangun sendirian di rumah kami di Matangkuli, karena istri dan anak-anakku menginap di rumah mertuaku di Landeng, tadi malam.
Dari mesjid kampung kami masih terdengar suara takbiran di pagi ini setelah selesai sholat subuh, dimana saat lebaran Idul Adha biasanya takbir dibacakan sampai lima hari berturut-turut, sedangkan pada lebaran Idul Fitri, takbir dibacakan hanya selama tiga hari saja.
Menjemput istri dan anak-anak di rumah mertua
Aku punya beberapa agenda yang akan aku lakukan di hari ini setelah membereskan peliharaanku dan juga menulis postingan untuk hari ini.
Aku akan ke bengkel (kalo sudah ada yang buka) untuk mengganti oli mobil kami, karena rencananya besok kami akan bersilaturahmi ke rumah Pak Cik kami yang tinggal di Kota Langsa.
Keluarga besar kami rencananya akan berkunjung ke rumah Pak Cik secara bersama-sama sehingga aku harus bersiap-siap membereskan mobil, termasuk mengganti oli dan lain-lain, karena perjalanan ke Kota Langsa sekitar 300 kilometer pulang-pergi dari kediaman kami.
Tetapi, saat aku ke bengkel tempat biasa aku mengganti oli, mereka belum pada buka, karena masih dalam suasana lebaran (lebaran kedua), sehingga aku tidak jadi mencari bengkel lain untuk mengganti oli mobil kami.
Jika jarak ke Kota Langsa sekitar 300 kilometer pulang-pergi, maka aku masih punya cadangan sekitar 100 kilometer lagi, menurut indikator oli mesin mobil. Sehingga mengganti oli masih bisa dilakukan sepulang dari Kota Langsa nanti.
Aku pun segera menuju rumah mertuaku di Landeng untuk menjemput istri dan anak-anak ku agar bisa pulang ke rumah kami di Matangkuli.
Mengisi Pertamax mobil
Dalam perjalanan pulang dari rumah mertua, aku mengisi Pertamax mobil kami di sebuah Pertashop di kawasan Matang Ben untuk kesiapan berangkat ke Kota Langsa pada esok hari.
Jadi, besoknya kami tinggal berangkat tanpa harus pusing-pusing mengisi Pertamax mobil kami sebelum berangkat di pagi hari.
Berbelanja di Simpang Rangkaya
Saat melewati Simpang Rangkaya, kami singgah di tempat langganan untuk membeli beberapa barang kebutuhan kami seperti sayur-sayuran dan lain-lain.
Tempat langganan kami ini sudah mulai berjualan, meskipun baru hari kedua lebaran Idul Adha. Memang tidak semua penjual mulai aktif berjualan selama libur lebaran Idul Adha. Sebagian besar penjual masih sibuk dalam suasana silaturrahmi lebaran.
Makan siang di kebun
Siang ini si kecil Alvira ingin makan siang di kebun, sehingga bunda serta kakaknya membawakan menu makanan ke kebun depan rumah kami untuk makan siang disana.
Meskipun masih dalam suasana lebaran, tetapi si kecil maunya makan siang di outdoor (di kebun), sehingga kami menuruti keinginan si kecil untuk makan siang di kebun pada siang ini.
Hujan badai sore ini. Video reels
Cuaca yang cerah di daerah kami tiba-tiba berubah drastis di sore hari. Angin kencang disertai hujan yang cukup lebat terjadi di sore ini, yang membuat kami sedikit was-was. Apalagi si Abang (anak laki-laki kami) sedang berada di luar sejak tadi siang.
Istriku segera menelepon si Abang untuk mengetahui dimana posisinya. Tetapi handphonenya tidak bisa dihubungi. Hal ini semakin membuat istriku menjadi gundah.
Angin badai dan hujan yang terjadi di sore ini cukup kencang, bahkan terjadi kerusakan lapak penjualan di beberapa tempat dan juga banyak pohon yang tumbang.
Dan akibatnya akan terjadi pemadaman aliran listrik di daerah yang terjadi pohon tumbang, seperti halnya yang terjadi di sekitar kediaman kami.
Lampu darurat. Video reels
Para petugas PLN segera menuju titik lokasi pohon yang tumbang setelah hujan mulai mereda, untuk memperbaiki gangguan jaringan listrik akibat pohon tumbang.
Tetapi sampai waktu sholat magrib, listrik di daerah kami belum juga hidup. Mungkin pekerjaan memperbaiki jaringan listrik, belum selesai di kerjakan oleh para petugas. Sementara kami harus menunaikan ibadah sholat magrib dan juga makan malam.
Aku pun mengambil beberapa bahan yang ada di rumah untuk membuat lampu darurat, karena istriku pun tidak mendapatkan lilin saat mau membelinya tadi di warung yang ada di desa kami.
Aku menggunakan bahan seperti batu kerikil, cotton bud, air dan minyak goreng untuk membuat lampu darurat dengan menggunakan gelas.
Walaupun nyalanya tidak begitu terang, tetapi kami bisa melaksanakan sholat magrib dan makan malam sebelum aliran listrik menyala di daerah kami.
Di tengah suasana yang gelap gulita, maka hadirnya pelita (lampu) sangatlah berguna, agar bisa menerangi jalan kita. Begitulah kata pepatah lama tentang pelita atau lampu, yang tentu memiliki makna filosofis yang mendalam dalam hidup kita.
Sekian postinganku kali ini. Stay Healthy and Fun, Ciao...!
@alee75
📚Jalaluddin Rumi : Ciptakanlah keindahan di dalam hati Anda, dan keindahan di sekitar Anda akan mengikuti.💝

Your content has been successfully curated by our team via @ ngoenyi.
Thank you for your valuable efforts! Keep posting high-quality content for a chance to receive more support from our curation team.