Hari Panjang di RSU CUT MUTIA ACEH UTARA
Pagi ini langit Aceh Utara masih diselimuti kabut tipis ketika saya dan ayah berangkat menuju Rumah Sakit Umum Cut Mutia aceh utara.
Waktu baru menunjukkan pukul 06. 20 WIB, namun kami tahu hari ini akan menjadi hari yang panjang. Ayah saya dijadwalkan untuk cek ulang ke poli jantung, dan seperti biasanya, pasien yang membludak menjadi bagian dari rutinitas rumah sakit ini.
Sesampainya di rumah sakit sekitar pukul 06. 50 WIB, suasana sudah ramai. Deretan kendaraan memenuhi area parkir. Di dalam, antrean pasien dan keluarga mengular, penuh dengan wajah-wajah lelah dan harap. Saya lngsung menuju loket pengambilan nomor antrian yang sudah dipadati orang. Begitu nomor antrean tercetak, saya terpaku sejenak melihat angka. 292.
" Wah, kita nomor dua ratus sembilan puluh dua, Yah, " ucap saya sambil menyerahkan kertas kecil itu. Ayah hanya tersenyum, seperti sudah menduga. Ia memang sudah beberapa kali cek ulang di sini, dan keramaian seperti ini bukan hal baru baginya. Tapi hari ini terasa berbeda. Menurut petugas, jumlah pasien hari ini, mencapai 500 jiwa, hanya di bagian poliklinik.
Kami duduk di ruang tunggu, bergantian berdiri untuk meluruskan kaki. Di layar antrean digital, nomor yang sedang dipanggil masih di angka 70. Saya mencoba menghitung, kira-kira berapa lama lagi giliran kami datang. Setiap nomor membutuhkan sekitar dua sampai lima menit. Bisa dibayangkan berapa lama waktu yang akan kami habiskan di sini.
Sekitar pukul 09. 45 WIB, saya menuju meja pendaftaran untuk melengkapi data ayah.
Petugas terlihat kelelahan namun tetap ramah.
Proses pendaftaran dilakukan dengan sistem BPJS, jadi saya menunjukkan kartu dan KTP atah.
Semuanya berjalan lancar meskipun antrean fi bagian ini juga cukup panjang.
Setelah pendaftaran selesai, kami kembali ke ruang tunggu poli jantung. Ayah sedek berbicara dengan pasien lain yang duduk di sebelah, bercerita tentang pengalaman sakit jantung, pengobatan dan gaya hidup sehat. Di tengah penantian panjang panjang, obrolan seperti ini menjadi hiburan tersendiri. Ssya melihat bagaimana para pasien saling menyemangati, meskipun mereka datang dari latar belakang yang berbeda. Ada yang datang dari Nisam, Buloh, Lhoksukon, bak dari wilayah paya Bakong.
Waktu terus bergulir. Sekitar pukul 12. 45 WIB, nomor antrean kami akhirnya muncul di layar, nomor 292 dipanggil, dan saya membantu ayah berdiri. Kami masuk ke ruangan dokter. Seorang dokter spesialis jantung menyambut kami dengan senyum ramah. Setelah mengecek riwayat, tekanan darah dan mendengarkan hasil EKG serta rekam jantung yang sebelumnya dilakukan, dokter menjelaskan kondisi ayah masih stabil, namun perlu pemantauan lebih lanjut. Obat rutin tetap harus diminum, dan ia menyarankan evaluasi lanjutan dua bulan ke depan.
Kami keluar dari ruangan dengan lega. Meski lelah, kami bersyukur ayah tidak perlu dirujuk lebih lanjut atau opname. Saya mengambil resep di bagian farmasi, lalu menunggu obat selesai diracik. Waktu sudah menunjukkan pukul 14. 00 WIB ketika kami meninggalkan rumah sakit.
Di perjalanan pulang, ayah berkata pelan, " Dulu rumah sakit tak seramai ini. Tapi sekarang, makin banyak orang sakit jantung."
Saya mengangguk, membenarkan. Mungkin karena pola hidup, stres, atau faktor usia. Tapi hari ini bukan hanya tentang penyakit. Hari ini adalah tentang kesabaran, ketangguhan dan rass hormat saya pada ayah yang tak mengeluh, meski harus menunggu berjam-jam hanya untuk beberapa menit bertemu dokter.
Hari ini, ayah adalah nomor 292. Tapi di hati saya, dia selalu nomor satu.

Thanks for sharing your post in the TS Community. Here you are the feedback and evaluation results:
~ Join the X profile, Discord server + Telegram group and have a happy day.👍🏼