Wisata Religi Rombongan Disbintalal di Pulau Penyengat

in Traveling Steem3 days ago (edited)

1001216657.jpg

Perjalanan wisata yang menyenangkan dan penuh kebahagian serta mendapatkan keberkahan salah satunya adalah wisata religi. Wisata religi merupakan suatu kegiatan pribadi atau kelompok yang melaksanakan wisata di tempat-tempat ibadah (agama) dan tempat-tempat sakral yang dapat menambah wawasan pengetahuan agama, meningkatkan mental dan spiritual seseorang.

Nah, pada kesempatan ini Aku selayang pandang mengulas wisata religi yang dilaksanakan oleh Rombongan Disbintalal saat berada di kota Tanjungpinang. Lokasi yang dituju adalah Pulau Penyengat. Begini kisah dibuka;

Pada hari itu, Rabu, 30 Jui 2025, usai kegiatan Festival dan Safari Bintal Terpadu tahun 2025 di Mako Koarmada 1, rombongan Kadisbintalal akan ke Pulau Penyengat. Untuk diketahui bahwa kegiatan berakhir pada pukul 15.00 WIB. Sesuai koordinasi dan informasi bahwa rombongan akan bergerak usai salat ashar. Salat ashar pada hari itu di Tanjungpinang sekitar pukul 15.32 WIB.

Pulau Penyengat merupakan salah satu wilayah yang terdapat di kota Tanjungpinang. Pulau tersebut terpisah dari daratan kota. Untuk menuju kesana maka harus menggunakan kapal kayu alias pompong sebagai transportasi laut dengan jarak tempuh sekitar 15 menit dari Kota Tanjungpinang. Pulau Penyengat merupakan salah satu objek wisata di Kepulauan Riau. Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Wajar saja banyak orang yang telah tiba di kota Tanjungpinang, melebar langkah mampir sejenak di Pulau Penyengat.

Sebagai tuan rumah maka Aku harus memberikan dukungan yang terbaik. Peribahasa yang beredar bahwa "tamu adalah raja", artinya sebagai tuan rumah, Aku harus merealisasikan dan mengaplikasikan peribahasa tersebut dengan memberikan pelayan yang terbaik bagi rombongan yang akan wisata ke Pulau Penyengat. Adapun langkah awal yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan rekan-rekan panitia lainnya. Ada yang menyiapkan kapal kayu (pompong) dan Aku sendiri menghubungi Pak RT di Pulau Penyengat untuk menyiapkan becak motor (betor) sebagai alat transportasi selama wisata di Pulau Penyengat.

Waktu menunjukkan pukul 15.32 WIB. Azan ashar berkumandang saling bersahutan. Aku awalnya ingin salat terlebih dahulu dan setelah itu baru meluncur ke dermaga keberangkatan ke Pulau Penyengat. "Tor, rombongan baru meluncur ke dermaga," pesan whatsapp masuk. Membaca ini dan Aku putuskan menyusul ke dermaga. Aku agak telat sediikit namun masih dapat menyusul rombongan. Rombongan belum terlalu jauh. Rombongan berjumlah 14 orang, tentunya termasuk diriku. Kapal motor alias pompong sudah dipesan dengan biaya Rp 300.000,- untuk biaya carter pulang pergi. Jika sehari-hari atau penumpang biasa tanpa dicarter pompong, harga tiket perorang Rp 9.000,-. Murah bukan? So pasti murah banget.

Rombongan kami didampingi oleh dua prajurit Lanal Bintan. Satu personel bergabung dan satu personel pengawasan dan pengamanan dengan menggunakan speed boat. Satu persatu rombongan masuk ke pompong. Aku melihat baju pelampung alias swempes kurang. Kami berjumlah 14 orang dan swempes yang terlihat sekitar 5 set. Spontan saja Aku suruh lengkapi menjadi 14 set, dengan menambah 9 set lagi. Bagiku swempes ini sangat penting. Apalagi ditengah laut. Namun sangat disayangkan warga yang mencari nafkah hidupnya sebagai tekong kapal kurang perduli dengan alat keselamatan. Padahal kenyamanan dan keamanan penumpang hendaknyan menjadi tanggungjawab sang pemilik kapal. Setelah lengkap swempes maka kapal pun berlayar menuju pulau seberang.

1001216509.jpg

Rombongan Kadisbintal menuju Pulau Penyengat

Sore itu, cuaca masih terlihat bersabahat. Jika ada gelombang masih dibatas kewajaran. Rasa bahagia terlihat pada wajah rombongan. Apalagi ada salah seorang penumpang saat tangannya dapat menyentuh air laut. Tertawa bahagia. Sekali waktu air laut percikannya mengarah kearah penumpang dan basahlah pakaian yang dipakai. Percikan air laut ini menambah keceriaan penumpang. Satu dengan lainnya saling mengabadikan gambar. Pengalaman menuju Pulau Penyengat pastilah sangat mengesankan.

1001252703.jpg

Rombongan tiba di dermaga Pulau Penyengat

Sekitar lima belas menit kami berlayar maka tibalah didermaga Pulau Penyengat. Satu persatu penumpang pompong turun. Didermaga Pulau Penyengat telah ditunggu oleh Pak Bambang. Beliau adalah salah seorang RT di pulau tersebut. Aku sudah pesankan tujuh becak motor (betor) yang siap mengantar rombonga n ke lokasi yang dituju. Bapak Kadis bersama Ibu, bagi yang lainnya yang membawa istri saling berpasangan dengan sang suami. Bagi yang lainnya menyesuaikan. Betor yang kami sewa biayanya per-becak Rp 50.000,- perjam. Satu persatu becak secara perlahan meninggalkan dermaga dan menuju kampung Penyengat.

1001252706.jpg

Naik becak motor (betor) berwisata di Pulau Penyengat

Dari atas betor kita dapat melihat sekilas pandang warga yang menjual makanan otak-otak, kue khas Melayu dan minuman khas air dohot. Minuman air dohot ini merupakan campuran buah-buahan seperti buah dohot, kelengkeng kering, kurma, kesemat dan kismis kuning. Campuran buah-buahan ini direbus bersama gula batu. Ada kue khas Kepulauan Riau yaitu kue Deram-deram. Kue khas ini awalnya hanya dihidangkan untuk raja.Kue tersebut merupakan salah satu oleh-oleh untuk pengunjung yang datang ke Pulau Penyengat. Bentuk kue deram-deram seperti donat tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Deram-deram rasanya manis dengan tekstur yang renyah dan gurih. Komposisi yang digunakan untuk membuat deram-deram adalah tepung beras, gula merah, air dan minyak. (Sumber :Wikipedia)

Betor satu persatu telah berhenti di halaman luar Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Rombongan turun dari betor kemudian masuk kehalaman masjid. Rombongan yang belum salat ashar, termasuk diriku salat secara berjamaah. Masjid Sultan Riau Pulau Penyengat disebut orang Masjid Kuning. Memang warna masjid ini warna kuning. Paling ada sedikit warna hijau sebagai penambah keindahan. Masjid tua dan bersejarah ini termasuk unik bahan baku pembangunannya. Salah satunya adalah putih telur. Tak masuk akan bukan? Tapi kenyataan lho.

Masjid ini termasuk masjid yang dikelompokkan situs cagar budaya dari pemerintah RI. Menurut Wikipedia, Masjid ini dibangun (peletakan batu pertama) tahun 1761 dan rampung pembangunannya tahun 1812. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Riau-Lingga, luas keseluruhan kompleks yaitu 54,4 x 32, 2 meter, yaitu 1.741, 68 meter. Untuk bangunan induknya berukuran 29,3 x 19,5 meter, yaitu 571,35 meter. Masjid ini ditopang empat tiang, kubahnya 13, menara 4, dan ketinggian menara 18,9 meter.

1001255055.jpg

Bapak Kadisbintalal salat di Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat

1001252702.jpg

Foto bersama di dalam masjid

Bapak Kadisbintalal dan rombongan salat di masjid kebanggaan warga Pulau Penyengat pada khususnya dan Kepulauan Riau pada umumnya. Masjid ini sering didatangi oleh para pejabat RI dan tamu-tamu asing serta para wisatawan lokal, domestik dan mancanegara. Saat berada didalam masjid kita dapat melihat mushaf Al-Qur'an yang merupakan produksi tangan Abdurahman Stambul. Sang penulis mushaf adalah putera Riau asli Pulau Penyengat diutus Sultan belajar agama di Mesir tahun 1867 M.

Waktu kami wisata di Pulau Penyengat singkat. Jadi setelah ke Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat, langkah selanjutnya adalah Makam Raja Ali Haji. Rombongan belum sempat ziarah ke Makam Syekh Syihabuddin Al-Banjari bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang terletak di belakang Masjid. Syekh Syihabuddin merupakan ulama besar asal Banjar, Kalimantan, yang menetap di Pulau Penyengat untuk berdakwah atas permintaan Raja-Raja Riau pada tahun 1842.

Rombongan telah keluar dari area masjid. Para abang betor dengan sabar menanti. Kami satu persatu naik ke betor dan lanjutkan perjalanan. Menuju ke Makam Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad dan juga Komplek Makam Raja Hamidah kita akan melihat pemandangan rumah-rumah warga yang tersusun rapi. Suasana terlihat kampung ini damai dan nyaman bagi sang pendatang atau wisatawan. Jalan yang dilalui pun bagus dan tak berlobang. Jika berpapasan para betor satu dengan lainnya saling pengertian agar tak terjadi senggolan antar abang betor. Jalan yang dilalui tak terlalu lebar. Tak juga sempit. Sedang-sedang saja.

1001252720.jpg

Mengirimkan do'a untuk Raja Ali Haji (alm)

Kami sudah tiba di Makam Pahlawan Nasional Raja Ali Haji dan juga Komplek pemakaman Raja Hamidah. Letaknya satu lokasi. Makam dengan warna cat khas Melayu, kuning plus hijau sangat jelas terlihat indah. Makam ini sangat terawat. Raja Ali Haji merupakan seorang ulama dan pujangga (sastrawan), lahir tahun 1808 di Pulau Penyengat dan meninggal tahun 1873 di Pulau Penyengat. Beliau terkenal dengan syair yang dahsyat yaitu Gurindam XII (1846). Andil beliau terhadap perkembangan sejarah Melayu patut menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan. Rombongan kemudian masuk ke tempat peristirahatan Raja Hamidah (Engku Puteri). Aku belum ikutserta masuk kedalam dan sempatkam ziarah ke makam Raja Haji Fisabillah yang terletak diluar komplek Makam Raja Hamidah. Sesaat Aku mengirimkan do'a kepada almarhum sang pujangga dengan buah karya fenomenal yaitu Gurindam XII.

Untuk diketahui bahwa Engku Puteri Raja Hamidah merupakan permaisuri dari Sultan Mahmud Riayat Syah. Sang Sultan memberikan mas kawin kepada Engku Puteri yaitu Pulau Penyengat. Jika pada abad 18 di Aceh ada pejuang wanita heroik yaitu Cut Nyak Dien, nah pada Kesultanan Melayu Riau-Lingga, Engku Puteri Hamidah merupakan tokoh perempuan penting dalam sejarah kesultanan ini. Pejuang wanita yang sangat disegani oleh pihak penjajah asing dalam mempertahankan kedaulatan dan harkat kerajaan. Hebatnya, Engku Putri memegang peranan penting sebagai penjaga Regalia. Regalia adalah alat-alat kebesaran kerajaan yang menjadi simbol kedaulatan.

1001252719.jpg

Rombongan Disbintalal berada di Makam Engku Puteri Raja Hamidah

Tentunya, rombongan Kadisbintalal yang berada diarena Komplek Makam Engku Puteri Raja Hamidah telah mendapatkan penjelasan yang panjang dan dalam dari pensyarah. Penjelasan ini tentunya tidak sepanjang garis pantai Kepulauan Kepri, dan tak sedalam lautan hati. Pastilah tentang isi Gurindam XII dan tentang sang Pujangga Raja Ali Haji terurai lengkap. Tidak terlalu lama, karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Setelah itu, sejenak mengabadikan gambar ditempat yang bersejarah dan bermartabat ini. Masih ada tempat terakhir yang harus dikunjungi yaitu Balai Adat Melayu Pulau Penyengat.

1001254986.jpg

Menikmati suasana tepi laut

Perjalanan terakhir menuju Balai Adat Melayu Pulau Penyengat, maka jalan yang dilalui selain rumah warga maka kita akan menyaksikan gelombang laut di tepi pantai. Sejauh mata memandang maka laut yang terhampar luas. Deru ombak menghibur kami sang pegunjung di Pulau penuh sejarah ini. Kami telah tiba dilokasi Balai Adat Melayu Pulau Penyengat dan ada yang bermain kedermaga tua yang bangunannya mengarah kelaut. Ada yang santai dilokasi sambil bercerita ditengah terpaan angin laut yang lembut. Ada juga yang mengabadikan diri dengan latar belakangnya gedung Balai Adat Melayu Pulau Penyengat.

1001252732.jpg

Suasana di lokasi Balai Adat Melayu Pulau Penyengat

Aku melihat sore itu, Balai Adat Melayu Pulau Penyengat ada kegiatan, terbukti beberapa orang memakai baju adat pernikahan Melayu lengkap dengan aksesorisnya. Di bawah Balai Adat kita dapat menjumpai sebuah sumur yang airnya tawar. Orang menyebutnya sumur perigi. Suatu hal yang menarik karena air sumur yang letaknya tak jauh dari laut, namun airnya tawar tidak asin. Air sumur rasa tawar ini bagi pengunjung kadangkala menjadi sugesti bahwa barangsiapa yang minum air sumur ini nantinya akan kembali ke kota ini, apakah bertugas atau memang yang ingin wisata.

Ah, ini hanya sugesti namun ada beberapa orang yang merasakan bahwa benar kejadiannya. Oh iya, terus terang Aku pernah bertugas di Tanjung Uban tahun 2015 dan sempatkan mampir ke Pulau Penyengat dan minum air sumur, nah, tahun 2023 tugas di kota Tanjungpinang. Bisa jadi kebetulan dan juga benar sugesti adanya. Untuk kali ini Aku minum banyak air sumur ini dan mencuci wajah. Seger juga. Dan, Aku sempat melihat Bang Khasan Syukur minum air "mujarobat" ini.

Menikmati suasana di Balai Adat Melayu Pulau Penyengat selesai. Kami semua persiapan kembali ke dermaga Pulau Penyengat dalam rangka kembali ke Kota Tanjungpinang. Betor kali ini agak lebih lebih kencang. Maklum saja karena mengejar waktu. Sesuai rencana pukul 17.30 WIB saatnya kembali. Kami sudah tiba di dermaga. Satu persatu kami turun ke dermaga dan masuk ke pompong. Tentunya setelah kami abadikan momen indah ini didermaga. Suasana bahagia terlukis indah dari raut wajah kami semua.

1001252752.jpg

Rombongan Disbintalal meninggalkan Pulau Penyengat

Kapal yang kami tumpangi perlahan meninggalkan Pulau Penyengat. Kondisi laut sore ini agak berubah dibandingkan saat kami berangkat ke Pulau Penyengat. Gelombangnya mulai terasa mengayun kami didalam kapal. Percikan air laut berulang kali membasahi pakaian yang kami pakai. Sambil menikmati perjalanan kembali kami makan kue deram-deram dan makanan otak-otak yang dibeli oleh Bapak Kadisbintalal. Kedua makanan ini enak dan wajar saja sebentar saja habis dilahap oleh kami semua. Alhamdulilah setelah berlayar sekitar lima belas menit kami tiba di Tanjungpinang. Kami turun semua dengan berhati-hati.

Setiba di Tanjungpinang, Aku dan rombongan berpisah. Rombongan Bintalal kembali ke Mess Samadikun dan Aku kembali ke Komplek TNI AL Rajawali, tempatku berteduh. Kisah wisata Religi yang Aku jalani bersama Bapak Kadisbintalal dan rombongan merupakan suatu pengalaman yang terukir indah. Entah kapan terulang kembali. Apakah telah minum air sumur perigi ini semua akan kembali ke Tanjungpinang merangkai kebahagian kembali? Bisa ya dan juga tidak. Adakah yang tahu akan hal itu? Pastilah hanya Tuhan yang Maha Kuasa, mengetahui dengan pasti kita semua akan berjumpa kembali.

Demikianlah kisah wisata religi (30/7/2025) ini Aku tuliskan, semoga akan bermanfaat dan membuka hati setiap yang membacanya, sehingga berhasrat kuat ingin berkunjung ke Pulau Penyengat yang terletak di seberang laut Kota Tanjungpinang. Tak jauh lho, hanya lima belas menit mengarungi lautan maka tibalah di kampung Melayu yang penuh sejarah.

Salam semangat dari Kota Gurindam XII Raja Haji Fisabilillah@hoesniy

Sort:  
 3 days ago 


Your post has been upvoted by the Team Foresight.

Let's improve your experience in creating content and interacting with other users.

 2 days ago (edited)

Hello traveler! 👋🏼

Thanks for sharing your post in the TS Community. Here you are the feedback and evaluation results:


AI/Plagiarism free☑️
Steemexclusive☑️
Free bots☑️
Voting CSI > 5
Score10/10

~ Join the X profile, Discord server + Telegram group and have a happy day.👍🏼



Curated by @max-pro