Masjid Oman Al-Makmur Lamprek Banda Aceh
Masjid Oman Al-Makmur Lamprek Banda Aceh
Salam kepada sahabat steemian semuanya semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Saya mengunjungi Masjid Oman Al-Makmur di Jalan Tgk. Moh. Daud Beureueh di Bandar Baru, Kec. Kuta Alam, Banda Aceh, tepat saat salat Maghrib dimulai. Masuk ke area parkir mobil yang membentang di halaman masjid, saya langsung melihat betapa luas dan tertatanya halaman masjid ini.
Tempat Whudu wanita dan Hotel Masjid Oman Al-Makmur
![]() | ![]() |
---|
Bahkan ada sebuah hotel syariah kecil bernama Hotel Syariah Al-Makmur, tepat di tepi tempat parkir, yang tampaknya ideal bagi para musafir atau pengunjung, suatu kenyamanan yang langka untuk sebuah kompleks masjid. Di luarnya berdiri masjid agung itu sendiri, dengan jalan setapak yang rapi, beberapa taman, pohon-pohon palem. Tempat parkirnya bersih, ditandai dengan jelas, dan menawarkan ruang kosong yang menyeimbangkan kesederhanaan dengan pengaturan.
Suasana di tempat parkir mobil menjelang sholat magrib
Tempat parkir kendaraan roda dua
![]() | ![]() |
---|
Dari jalan masuk, saya menuju ke area wudhu, yang terletak di sepanjang sayap aula. Tempat ini terlihat terang dan berventilasi baik, dengan deretan keran dan tempat wudhu yang terpisah untuk privasi.
Tempat whudu laki-laki
![]() | ![]() |
---|
Pada waktu Maghrib, banyak pria yang sedang berwudhu dengan tenang dan teratur. Lantai dan dinding tampak baru saja dibersihkan dan terawat dengan baik-tidak ada genangan air atau bau tak sedap, dan tersedia dispenser sabun atau air. Kebersihannya terlihat jelas, dan rasanya mereka sangat menjaga kebersihan sehari-hari di sini.
Pemandangan Masjid Oman Al-Makmur dari depan di malam hari
Sejarah masjid ini membuat saya penasaran: awalnya dibangun pada tahun 1979 oleh masyarakat setempat, dengan peletakan batu pertama. Awalnya masjid ini bernama Masjid Baitul Makmur, yang diberi nama oleh Tgk. Abd. Ujong Rimba, yang saat itu menjabat sebagai ketua MUI Aceh. Sayangnya, masjid ini hancur akibat tsunami tahun 2004, dan kemudian dibangun kembali antara tahun 2006 dan 2008, dibiayai oleh Pemerintah Oman di bawah kepemimpinan Sultan Qaboos. Sejak saat itu, masjid ini sering disebut “Masjid Oman” dan berdiri hingga saat ini dengan menara kembar, kubah besar, dan arsitektur bergaya Timur Tengah yang elegan.
Di dalam, saya menyelinap masuk tepat saat azan berkumandang dengan lembut-kemudian masuk ke dalam aula salat utama. Interiornya sangat sejuk dan tenang, meskipun saat itu hari sudah sore dan panasnya Banda Aceh masih terasa di luar. Pendingin ruangan dan kipas angin yang besar membuat suasana tetap nyaman. Selama kunjungan saya, aula ini penuh, dengan barisan yang rapi, karpet bermotif merah yang kemudian saya ketahui adalah karpet gaya Persia, tampak mewah dan bersih. Dinding dan tiang-tiangnya dipenuhi dengan kaligrafi Arab-ayat-ayat Al-Qur'an dan Asmaul Husna dengan warna emas, hijau, dan biru-memberikan kesan hormat dan seni.
Suasana dalam masjid dan fasilitasnya
![]() | ![]() |
---|
Terdapat dua lantai-lantai dasar dan lantai mezanin yang ditinggikan untuk jamaah yang membludak atau jamaah perempuan saat jamaah sedang ramai. Saya melihat adanya jalur landai yang mudah diakses dan pembatas, dan masjid ini diakui pada tahun 2024 oleh Kementerian Agama Indonesia sebagai “masjid ramah musafir, difabel, dan lansia”, ramah bagi musafir, difabel, dan lansia, berkat adanya hotel, layanan makanan dan minuman gratis, dan desain yang inklusif.
Saat Maghrib, imam memimpin jamaah dengan lancar, diikuti dengan pembacaan ayat suci Al Qur'an. Saya tinggal setelahnya untuk mengamati orang-orang yang saling menyapa di halaman-sebagian menuju ke kedai kopi kecil yang dikelola oleh para sukarelawan dari koperasi masjid. Di dekatnya juga terdapat ruang perpustakaan kecil, sudut penyiaran radio.
Setelah itu saya melihat tangga yang mengarah ke ruang mezanin kecil berlabel “Perkib”, yang ternyata adalah ruang kelas atau ruang pertemuan-yang digunakan untuk kelompok pengajian wanita atau pendidikan Islam dini bagi anak-anak. Masjid ini juga menjadi tuan rumah pertemuan dan ceramah amal rutin. Saya tidak menghadiri salah satunya, tapi saya merasakan dari poster dan staf yang ramah bahwa program pendidikan untuk wanita dan remaja aktif.
Masjid ini menyelenggarakan shalat lima waktu, salat Jumat, dan acara-acara besar seperti salat Idul Fitri, Idul Adha, buka puasa Ramadan, shalat tarawih, dan acara-acara sunnah lainnya. Banyak jamaah yang saya ajak bicara mengatakan bahwa mereka datang setiap hari bahkan selama bulan Ramadan ketika masjid ini penuh melebihi kapasitasnya, meluber hingga ke teras dan halaman luar. Saya mendengar seseorang menyebutkan bahwa masjid ini juga berfungsi sebagai baitul mal, mendistribusikan zakat atau bantuan kepada yang membutuhkan.
Yang paling menarik perhatian saya adalah suasananya: cahaya yang tenang di dalam, senyuman hangat di luar, antrean wudhu, para petugas yang membantu memandu para jamaah yang lebih tua ke tempat yang landai. Meskipun kendaraan berdengung di luar, saat Anda melangkah masuk-khususnya saat salat-Anda akan merasa dibawa ke tempat yang damai. Suhu yang sejuk, senandung ibadah yang tenang, dan cahaya keemasan dari lampu-lampu di tiang-tiang, semuanya menambah suasana hati yang ramah.
![]() | ![]() |
---|
Fasilitasnya terasa lengkap: tempat parkir, hotel untuk musafir, tempat wudhu, kamar mandi, ruang salat berkarpet, mezanin, tangga landai, pojok kopi komunitas, perpustakaan kecil atau ruang belajar, pojok koperasi, dan fasilitas radio/pengumuman. Semuanya terasa fungsional namun tidak merepotkan-dibersihkan, dirawat, dan benar-benar berguna.
Pintu keluar masjid
![]() | ![]() |
---|
Singkatnya, Masjid Oman Al-Makmur meninggalkan saya dengan rasa ketenangan dan kehangatan komunal. Masjid ini tidak terlalu memukau seperti masjid mewah yang baru, tetapi sejarahnya, arsitekturnya yang penuh perhatian, semangat komunitasnya yang penuh rasa hormat, dan fasilitasnya yang bersih dan inklusif menyatu dalam sebuah tempat yang praktis dan damai. Berkunjung ke sini saat Maghrib, merasakan udara sejuk, dan mendengar suara azan.
Jika Anda berada di Banda Aceh dan ingin merasakan masjid yang aktif, berorientasi pada komunitas, terawat dengan baik, dan menghormati semua pengunjung ini adalah permata. Tidak mentereng untuk turis, namun kaya akan makna, suasana yang tenang, dan pelayanan yang tulus.
Berikut informasi lebih lanjut
Lokasi : Jl. Tgk. M Jl. Tgk. Moh. Daud Beureueh, Bandar Baru, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh
📍Peta : Google Maps
📍Steem Atlas : [//]:# (!steematlas 5.5672625 lat 95.33873438 long Masjid Oman Al-Makmur d3scr)
📸Media Sosial : Tidak ada
🕐 Waktu kunjungan : Setiap hari
📷 Fotografi pribadi oleh @cymolan menggunakan kamera Infinix
🕐 Saya mengunjungi tempat ini pada tanggal 04 Agustus 2025
Itulah yang dapat saya bagikan tentang Masjid Oman Al-Makmur Lamprek Banda Aceh. Terimakasih untuk semua steemian yang sudah bersinggah di postingan saya.
Salam @cymolan