Panggil Aku Guru, Pengakuan Tanpa Malu
Ternyata, profesi menjadi guru itu adalah profesi yang penuh dengan tanggungjawab moral dan intelektual. Dia bukan saja profesi yang hanya mengajarkan sesuatu berdasarkan buku dan pembelajaran yang bersifat teoritis, tapi juga nilai-nilai dari kehidupan dalam mencerdaskan dan membentuk karakter seseorang.
16 tahun mengajar ternyata membuat saya terus belajar, belajar tentang arti guru yang sebenarnya. Dimana kesabaran menjadi batin jiwa untuk menguatkan, disiplin menjadi waktu terukur, kasih sayang menjadi dukungan untuk berkembang, jujur sebagai tindakan kebenaran, serta inspiratif dan komunikatif sebagai cara merangkul berbagai keunikan yang ada.
Ya, saya terus belajar dari apa arti dari panggilan guru yang selalu saya dengar.
![]() | ![]() |
---|
Di luar sana, ada pikiran kerdil yang ingin di akui sebagai guru dangan segala kemampuan hingga dia dipanggil sebagai seorang guru. Dia beranggapan guru adalah capai tertinggi yang membanggakan, dan seolah tidak lagi memiliki cela untuk di kritik dan di koreksi.
Guru baginya adalah mengetahui banyak hal tanpa kesalahan, mencari cela pembenaran, dan koreksi kekeliruan kepada orang lain dengar dasar "aku mengetahui banyak hal."
Menjadi guru itu bukan tentang sok tau, bukan tentang menggurui, bukan tentang menutup diri dari kritik, bukan tentang ambisius, atau juga bukan tentang ingin di akui. Tapi tentang bagaimana pengalaman dan ilmu menjadi bentuk kesadaran, yang ternyata masih banyak hal yang harus dipelajari dan dibenahi serta harus dikuasai dengan penuh kerendahan hati yang ada di dalam diri.
Maka konyol rasanya, jika ada yang ingin di sebut guru, atau bahkan memang guru dengan gelar yang benar, malah memiliki jiwa dan pikiran yang kerdil dengan pengetahuan yang terbilang sangat sedikit. Saya menyebut ia dengan sebutan "makhluk tanpa bekal haus pengakuan".
Brader, guru itu tidak saja hanya memberi nilai dan mencari nilai, tapi jauh dari pada itu ialah untuk membawa nilai. Nilai pengetahuan yang tidak pernah habis, nilai pengalaman yang tidak takut untuk dibagi, nilai keteladanan yang terus di contoh, nilai yang membuka ruang diskusi tanpa menyudutkan orang lain, dan nilai tingkah laku dari dasar adab yang harus dimiliki.
Maka, buat kamu para pengajar yang disebut guru. Apakah kamu sudah merasa berada di titik tertinggi untuk melihat semesta dari segala sisi? Padahal, apa yang kamu lihat hanyalah secuil dari batas pandangan matamu sendiri. Jangkauannya terbatas, hingga sesekali kamu harus menyipitkan mata agar kejauhan terlihat sedikit lebih jelas.
Ilmu tidak akan habis brader, belajar dari semua hal termasuk dari mereka yang tidak berilmu pun disebut belajar. Bahkan nyamuk pun memberimu pelajaran, itu pun jika kamu merasa rendah diri untuk belajar dari seekor nyamuk. Dan pada kenyataan nantinya, nyamuk juga menjadi guru mu (murid dari seekor nyamuk).
Sekarang berpikirlah dengan akal mu, biarkan mereka menyebut mu dengan sebutan guru tanpa kamu paksakan. Jadikan dirimu sebagai orang yang terus belajar, dan berbagi dari pelajaran yang kamu dapatkan. Bukan saja dari aspek teoritis dan akademis, tapi juga dari sosial dan praktis.
Terakhir, guru bukan identitas batasan yang membuat kamu merasa seperti AI. Guru juga bagian dari bagaimana kamu belajar dari segala hal yang ada, sehingga semua menjadi ilmu dan juga pembelajaran dalam hidup yang harus dibagi, tapi harus berharap diakui sebagai guru.
Paham Brader? Jangan biarkan hidup-mu didasarkan pada ilmu seluas batok kelapa (tempurung). Yang pada akhirnya, kamu terlihat kosong dan omong kosong dari apa yang kamu pikirkan.
💦💥2️⃣0️⃣2️⃣5️⃣ This is a manual curation from the @tipu Curation Project
@tipu curate
Upvoted 👌 (Mana: 2/9) Get profit votes with @tipU :)
Your post has been upvoted by the Team Foresight.
Let's improve your experience in creating content and interacting with other users.