Khanduri Maulid Nabi di Aceh Tradisi Islam yang Masih Terjaga
Khanduri Maulid di Aceh selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Setiap tahunnya, begitu masuk bulan Rabiul Awal, suasana desa-desa mulai berubah. Dari kejauhan, aroma masakan khas Aceh tercium di sekitar meunasah dan masjid, tanda persiapan kenduri sedang dilakukan.
Di Aceh, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar acara seremonial. Tradisi ini begitu melekat dalam kehidupan masyarakat. Kenduri Maulid, atau yang sering disebut Khanduri Maulod, biasanya berlangsung selama tiga bulan penuh: Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal. Jadi, hampir setiap minggu kita bisa melihat suasana meriah di berbagai gampong.
Yang membuat tradisi ini istimewa adalah kebersamaan. Semua orang ikut terlibat, dari perangkat desa, tokoh agama, hingga warga biasa. Perempuan menyiapkan aneka hidangan khas Aceh seperti kuah beulangong, ayam tangkap, dan berbagai kue tradisional. Para lelaki sibuk mengatur tempat dan menyambut tamu. Anak-anak berlarian riang, menunggu saatnya makan bersama.
Satu hal yang selalu menyentuh hati adalah perhatian masyarakat kepada anak yatim dan fakir miskin. Mereka ditempatkan di posisi terhormat, diberi hidangan terbaik, bahkan sering mendapat santunan uang. Inilah wujud nyata solidaritas sosial masyarakat Aceh, bahwa peringatan Maulid bukan hanya tentang memperingati kelahiran Rasulullah SAW, tetapi juga mengikat tali silaturahmi dan menumbuhkan rasa peduli.
Kalau kita lihat lebih dalam, perayaan Maulid di Aceh mengandung banyak nilai. Ada nilai agama karena masyarakat memperkokoh kecintaan kepada Nabi. Ada nilai budaya karena acara ini sudah turun-temurun dilaksanakan sebagai tradisi. Dan tentu saja ada nilai sosial, karena di situlah rasa kebersamaan, persaudaraan, dan gotong royong tumbuh subur.
![]() | ![]() |
---|
Di Matang Kumbang, Aceh Utara misalnya, suasana Maulid dimalam hari dalam masjid baitul maghfirah begitu hangat. Masyarakat bahu-membahu tanpa memandang status sosial. Masyarakat baik pria wanita remaja bahkan anak kecil ikut menghadiri shalaawat nabi dan melantunkannya bersama-sama. Semua punya peran. Dari sinilah terlihat jelas bagaimana kearifan lokal masih dijaga, meskipun zaman sudah berubah.
Khanduri Maulid di Aceh bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah cermin dari solidaritas sosial yang masih kuat, sekaligus bukti bahwa budaya dan agama bisa berjalan beriringan, menyatukan masyarakat dalam harmoni.
Curated by: chant
Kangen maulid nabi di Aceh lagi huhu...
Mainnn lah ke Acehhhh banyakk kenduriii wkwkwkwkk
Bawain aja ga sih ke Medan wkwk