Mengurangi Lupa Dengan Menghindari Maksiat

in #indonesia7 years ago

Judul ini menjadi inti amanah yang disampaikan saat pelepasan alumni dari sekolah saya sebelum menghadapi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), tepatnya Selasa, 8 Mei 2018 besok.

Kedhoifan kita sebagai manusia bukan hanya tempat bersemayamnya khilaf, tapi juga lupa. Kita tidak perlu merasa sempurna, karena berasal dari sperma, hidup membawa kotoran kemana-mana, bahkan mati saja nanti hanya akan menambah bangkai di bumi ini. Maaf teman-teman, saya guru sains, jadi mohon dimaklumi penggunaan istilah yang sebenarnya tidak tabu lagi untuk dibahas.

khilaf dan lupa menjadi hambatan proses pembelajaran secara psikis. Para peserta didik cenderung merasa tidak percaya diri untuk menjawab soal dengan benar. Akhirnya, mereka tidak bisa memutuskan apakah tetap menjawab soal itu atau malah meninggalkannya. Padahal, perbedaan menjawab 1 soal dengan benar bisa saja menjadi penentu kepastian 1 kursi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) nanti.

Seiring bertambahnya usia, normal jika kemampuan mengingat perlahan berkurang. Kita tidak boleh membatasi pembahasan kali ini ditinjau dari aspek fisik saja, mental juga harus. Sadar ataupun tidak, perbuatan maksiat kita juga akan mengurangi kekuatan ingatan.

Berlandaskan keterangan Imam Syafi'i dahulu, beliau merupakan salah satu manusia tercerdas karena sudah menunjukkan kelebihan mampu menghafal alquran di usia 7 tahun. Suatu ketika beliau bercerita bahwa tiba-tiba tidak dapat mengulang hafalannya dengan lancar. Sang waki' (guru) menyuruh beliau untuk meninggalkan maksiat(I'anatuth Tholibin, 2: 190).

Itulah yang kami ajarkan kepada seluruh peserta didik. Kami tidak bosan mengingatkan bahwa ilmu itu menjadi cahaya hati, tidak akan bercahaya hati seseorang bila berbuat maksiat. Jadi, pantas untuk dicoba bukan?

Sebagai penutup acara pelepasan ini, kami melakukan tradisi bermaaf-maafan antara guru dengan para siswa. Semoga saja, sematan jari yang mewakili interaksi selama ini bisa dimaklumi. Mudah-mudahan khilaf dan lupa yang menyebabkan salah paham bisa dimaafkan sehingga usaha untuk menyelesaikan ujian besok dan mengamankan kursi di PTN bisa berjalan maksimal.

Saingan perebutan kelulusan ini semakin lama semakin ketat. Kita juga perlu mengingatkan siswa bahwa rezeki tidak akan tertukar. Paling tidak, mereka juga sadar bahwa hasil yang mereka dapatkan sudah sesuai dengan apa yang mereka siapkan selama 3 tahun ini.

Selamat ujian Nak, ini adalah gerbang menuju kesuksesan(mu). Buatlah orang tuamu dan orang tua (keduamu), kami, bangga karena telah berhasil mendidikmu.

Terima kasih sudah membaca.
Salam pendidik.

Referensi:
1

Sort:  

Hi, You Just got an upvote from @steemit.medan, Keep create interesting and original content..!!!
[steemit.medan]

Screen Shot 2018-05-02 at 14.31.56.png