cara berpikir orang aceh...
falsafah menggali berpikir orang aceh yang dikenal dengan istilah seumike (berpikir).ditelaah bagaimana proses berpikir orang aceh dan apa saja yang mempengaruhinya jika dilihat dari mikrokosmos (‘alam al-shagir) dan mikro-kosmos (‘alam a-lkabir).pendekataan yang digunakan adalah spiritual hermenetika(ta’wil) yang bermaksud melihat pemikiran dari bentuk keaslian atau makna awal.sejauh ini kajian pemikiran orang di aceh memang telah banyak dilakukan,khusus kehidupan masyarakat aceh.disini produk pemikiran yang paling otentik adalah hadih maja yang merupakan nasihat dari petua aceh.konsep hadih manja memang diakui sebagai sebuah produk pemikiran orang aceh,dimana sesuai di jelaskan dengan bahasa-bahasa yang sangat filosofis dan metafora,dilihat proses berpikir(seumike) yang terjadi di kalangan orang aceh.istilah sendiri merujuk dari bahasa arab yaitu f-k-r. Dalam bahasa melayu dan indonesia,istilah yang di gunakan pikir atau fikir.karena itu,terdapat beberapa rangkaian kata yang muncul dari kata fikir seperti fikir, pemikiran,dan pikiran.
Dalam bahasa aceh muncul kata seumike atau pike.biasanya dalam kehidupan sehari-hari sering gunakan istilah cara seumike (cara berpikir).dengan kata lain,cara seumike lebih berhubungan aspek epistimologis (cara mendapatkan ilmu pengetahuan).jadi dapt dikatakan kajian ini lebih bersentuhan dengan falsafah ke-aceh-an dalam memutuskan suatu persoalan kehidupan.dengan begitu,melihat bagaimana falsafah cara berpikir orang aceh,seperti yang di lakukan oleh beberpa sarjana sebelumnya terhadap stnis lain di indonesia.yang di ambil dari studi ini ialah hasil beberapa bacaan dan pengalaman dalam kehidupan masyarakat aceh,kemudian dicoba kaitkan dengan kajian gnosiologi dan fenominologi sosial.sistematisasi terbagi kepada tiga bagian.setelah pendahuluan,akan diteruskan dengan mengambil bebrapa bagaimana kehidupan masyarakat.pada akhir bagian,akan diberikan beberapa temuan awal mengenai cara berpiki masyarakat.aspek-asspek bahasa aceh dari sudut tersebut.telah di kupas banyak oleh para sarjana sebelum mengenai geneologi bahasa aceh.namun,bagaian ini mengambil beberapa kata yang sering diucapkan dalam kehidupan masyarakat aceh,seperti kata bangai (bodoh),carang (pintar),hayeu(hebat)dengan istilah tersebut sering muncul dalam masyarakat aceh.
Adapun istilah bangai(bodoh).jika kita pergi ke suatu kampung,pola sosialisasi kata bangai adalah suatu yag amat lazim.istilah ini sering digunakan bagi mereka yang tinggi status sosial kepada mereka yang lebih rendah.istilah kata bangai disini bukan karena tidak punya ilmu,melainkan karena seseorang boleh mengeluarkan kate bangai mislanya orang tua kepada anaknya,atau abang ke adik.biasanya kata yang muncul adalah kah bangai (kamu bodoh),kah bangai tat-tat (kamu bodoh sekali),dan leupuh bangai (kamu sangat bodoh sekali) disamping itu,jarang sekali muncul istilah gata bangai tat-tat atau gata nyak bangai. Berarti kamu bodoh,sementara bangai tat-tat(bodoh sekali),adapun leupuh bangai sudah terlalu bodoh munculnya istilah kata bangai.sehingga tradisi aceh,kata bangai menjadi sebuah kata yang lumrah.diucapkan dengan varian bahasa seperti kata bangai.aneuk bangai,ureng bangai.namun demikian,karena perbedaan status sosial,maka panggilannya kata-kata tersebut dikhususkan pada orang-orang tertentu.misalnya,tidak boleh seorang memanggil bangai maka knflik adu mulut akan terjadi seketika.
Dari paparan di atas tampak bahwa kontruksi berpikir masyarakat aceh mengikuti dan status sosial saja,cara berpikir tentu saja bukan hal yang dominan ,untuk mempersatukan masyarakat aceh,sering di gunakan ritual ke agamaan dalam sosial kebudayaaan.salah satu keurija(kerja,work).biasanya ada orang berpakaian rapi biasanya mereka disebut jak keurija istilah keurija ini masih berlangsung di perdalaman kampung keunikan dalam tradisi keurija di aceh adalah kerja tanpa memberi pamrih dengan kata lain,bek peumale gampong.ketika perihal keurija,semua harus akur dalam masyarakat.
Kemudian bagaimana pola seumike orang aceh.jika di atas di gambarkan hidup sosial ,pola pikir dia atas kehidupan merekapola pola pikir di atas di bangun atas tiga pondasi dasar yaitu alam,agama,dan jiwa,mulai dari kawom hingga nanggroe bermulai bersikap pada alam agama,jiwa,falsafah alam(cosmos) semacam titik kendali tingkah laku,untuk menciptakan pemahaman sesuatu yang melawan alam istilahnya hana roh.misalnya,tanda-tanda alam di pahami secara turun temurun,tanpa bertanya itu masuk akal apa tidak.hana roh adalah sesuatu dilakukan karena mengikat keinginan alam.konsep puga nanggroe ialah menyaraskan spirit antara manusia (mikro kosmos) dengan alam(makro kosmos)maka spirit itu menjadi sesuatu yang penting.karna orang aceh terdapat pola pikir karena itu wujud kesatuan alam dan manusia di upayakan sebuah persembahan bagi alam dengan simbol (khanduri) karenanya,di aceh merupakan negri yang banyak kenduri.setiap ada ritual selalu di barengi dengan kenduri.
Aspek kedua ialah pola pikir yang didasarkan pada jiwa.biasanya melahirkan konsep hana get (tidak baik) atau hana jroh.pola pikir yang mengendalikan sesuatu perbuatan berdasarkan pada ilmu-ilmu para bijakanawan yang wise men.yang melahirkan sebuah tatanan pikiran yang ditumbuhkan dalam bentuk hadiah maja.yang dihadang bukanlah akal pikiran,melainkan jiwa-jiwa luhur ke aceh-an.konsep berpikir ini juga ada pada ureng tuha di aceh,dimana mereka lebih banyak menasehati atau mengur dengan falsafah hana get atau hana jroh,ukuranyya adalah jika dilanggar akan melawan aspek-aspek batiniyyah manusia.
Aspek ketiga adalah hanjeut (tidak boleh) yang berasal dari agama dia keluarkan oleh para ulama dari hukum-hukum allah yang menjadi larangan ,setiap upaya yang berkaitan dengan keagamaan,tempat bertanya para ulama.akibatnya tidak mengejutkan dari falsafah hanjeut ini,tidak sedikit kitab yang dituliskan oleh ulama untuk memberikan panduan bagi ummat.cara berpikir han get ini menjadi negosiasi terakhir,setelah hana roh dan hana get tidak berjalan dalam masyarakat.jika han jeut pun tidak dapat di terapkan,dalam arti peraturan agama tidak menjadi sandaran utama dalam ulama tidak berpungsi sebagai peyeru agama diformalkan dalam bentuk syari’at islam di aceh.artinya,semua kendali kehidupan diuruskan dari sisi ini.namun,agama ini kemudian berfungsi tidak hanya mengatur masyarakat,tetapi juga semua wilayah privasi.ide kemudian banyak ditentang,khususnya mereka yang menginginkan semacam kekuatan politik,sehingga peran ulama tidak begitu mendominasi dalam hal megatur bagaimana agar orang aceh mampu kembali pada tradisi berpikir dalam kompilasi adat istiadat aceh