Aroma Manis dari Kota Geudong
Di sudut malam yang tenang di kota Geudong, Aceh Utara, tampak sebuah etalase bercahaya yang menarik perhatian siapa saja yang melintas. Di balik kaca-kaca itu tersusun rapi beraneka macam kue dan camilan khas Aceh — dari kue bhoi, kekarah, kue semprong, kue sagon, hingga berbagai kerupuk dan cemilan tradisional yang membangkitkan kenangan masa kecil.
Penjualnya adalah seorang ibu paruh baya yang dikenal ramah, sudah puluhan tahun menjajakan kue-kue warisan turun-temurun ini. Di atas warungnya tertulis besar nama "AJAR" — tempat ini bukan sekadar tempat berjualan, tapi juga simbol keuletan dan rasa cinta pada kuliner khas daerah.
Setiap malam, terutama setelah salat Isya, warung ini mulai ramai didatangi pembeli. Ada yang membeli untuk oleh-oleh ke luar kota, ada pula yang hanya sekadar rindu pada rasa manis lembut kue bhoi yang dibuat dengan tangan sendiri tanpa bahan pengawet. Dua kotak plastik besar di samping meja kayu tampak penuh dengan kue akar kelapa, sebuah camilan favorit anak-anak.
Lampu neon yang menggantung di depan toko memberi kesan hangat, memperlihatkan dengan jelas susunan rapi kue-kue dalam plastik dan dus warna hijau-kuning khas. Di depan etalase, ada bongkahan kayu besar — mungkin sisa akar tua — yang seolah menjadi saksi bisu perjalanan panjang usaha keluarga ini.
Warung ini bukan sekadar tempat membeli kue, tetapi juga tempat di mana cerita, tradisi, dan rasa manis kehidupan Aceh terus hidup, malam demi malam.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.