Penjual Buah Rumbia
Di suatu sore yang mendung, seorang penjual buah rumbia tampak berhenti di tepi jalan raya, menata dagangannya yang unik di atas sepeda motor tuanya. Sepeda itu telah dimodifikasi sederhana, dilengkapi dua keranjang besar dari anyaman rotan yang menggantung di kanan-kiri sisi motor. Di atasnya, ranting-ranting panjang penuh dengan buah rumbia berwarna hijau kekuningan tampak mencolok.
Penjual itu, seorang pria paruh baya dengan jaket biru dan topi lusuh, terlihat sabar melayani dua perempuan yang tengah memilih buah. Salah satunya mengenakan pakaian hitam dengan hijab lebar, sementara yang lain sibuk memeriksa buah satu per satu, memastikan kualitasnya.
Buah rumbia bukan buah umum di kota, tetapi di desa-desa tertentu, buah ini masih banyak dicari, baik untuk dimakan langsung setelah diolah, maupun dijadikan bahan pembuatan kolang-kaling atau minuman segar tradisional.
Penjual ini berkeliling setiap hari, menyusuri jalan-jalan kampung hingga ke pinggiran kota, berharap ada pembeli yang menghampiri. Meski hidupnya sederhana, semangatnya tak pernah padam. Dengan sepeda motornya yang setia dan keranjang buah yang tampak berat, ia tetap menyusuri jalan dengan sabar, membawa serta warisan rasa dari hutan tropis yang semakin langka.
Di tengah hiruk-pikuk modernitas, kisah penjual buah rumbia ini adalah pengingat tentang ketekunan, kesederhanaan, dan keindahan budaya lokal yang masih hidup.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.