Visiting My Friend's Chili Garden in the Village: Seeing Developments in the Vegetative Period

Hari kemarin bertepatan pada tanggal 20 juli 2025 saya berkesempatan mendatangi kebun cabai kepunyaan sahabat aku Safrizal, di suatu desa kecil yang dikelilingi hamparan sawah hijau ada kebun cabainya terletak persis di pinggir sawah, menghasilkan panorama alam yang asri serta menenangkan hawa fresh pedesaan langsung menyongsong begitu saya datang, jauh berbeda dengan hiruk-pikuk kota yang biasa kuhadapi tiap hari.

Sambutan Hangat serta Keelokan Lokasi

Safrizal menyambut dengan senyum lebar Telah lama tidak ke mari, ya? katanya sembari mengajakku masuk ke zona kebun kebun cabainya tidak sangat besar, dekat separuh hektar, namun terpelihara apik barisan tumbuhan cabai berusia sebulan lebih nampak hijau fresh, daun- daunnya rimbun walaupun masih dalam fase vegetatif fase di mana tumbuhan fokus meningkatkan batang serta daun saat sebelum nantinya merambah masa berbunga serta berbuah.

Lokasinya yang dekat dengan sawah membagikan keuntungan tertentu sumber air melimpah,jadi tidak butuh takut kekeringan jelas Safrizal mencermati gimana rumpun padi di sekelilingnya bergoyang tertiup angin, menaikkan kesan natural yang menenangkan.

Penyemprotan di Masa Vegetatif

Dikala saya tiba Safrizal lagi bersiap buat melaksanakan penyemprotan ini rutinitas mingguan katanya sembari menggabungkan pupuk daun serta pestisida organik ke dalam tangki sprayer baginya, di umur sebulan lebih, tumbuhan cabai memerlukan nutrisi ekstra buat memacu perkembangan daun serta batang yang kuat.

Saya penasaran, apa saja yang disemprotkan? Andi menarangkan kalau dia memakai:

1.Pupuk daun– memiliki nitrogen besar buat memicu perkembangan vegetatif.

2.POC( Pupuk Organik Cair)– hasil fermentasi sendiri dari bahan natural semacam buah busuk serta kotoran hewan.

3.Pestisida organik– menghindari serbuan hama semacam kutu daun ataupun ulat yang kerap mengusik di fase ini.

Jika di dini perkembangan sehat, nanti cocok berbuah pula lebih optimal ucapnya sembari mulai menyemprot dengan hati- hati saya mencermati gimana dia membenarkan segala bagian tumbuhan terserang semprotan, paling utama bagian dasar daun di mana hama kerap bersembunyi.

Tantangan Menanam Cabai di Desa
Walaupun nampak gampang, Andi mengaku terdapat sebagian tantangan:
-Cuaca tidak menentu– Terkadang hujan deras dapat membuat tumbuhan rentan penyakit jamur.
-Hama semacam thrips serta tungau– Wajib giat dipantau supaya tidak mengganggu daun muda.
-Persaingan dengan gulma– Sebab dekat sawah, rumput liar berkembang kilat serta wajib teratur dibersihkan.

Tetapi Safrizal senantiasa semangat dibanding kerja di kota, saya lebih suka mengurus tumbuhan hasilnya pula cukup katanya sembari tertawa.

Duduk Bersantai di Pinggir Kebun
Sehabis penyemprotan berakhir, kami duduk di gubuk kecil di tepi kebun. Andi memetik sebagian daun mint liar yang berkembang di pinggiran serta menyeduhnya jadi teh hangat. Aroma mint fresh bercampur hawa pagi betul- betul membangkitkan semangat sembari menyeruput menceritakan tentang rencananya menaikkan varietas cabai lain, semacam cabai rawit putih serta cabai keriting supaya cocok panen nanti, pasarnya lebih luas," ucapnya.

Pelajaran Berharga dari Kebun Cabai kunjungan pendek ini memberiku banyak pelajaran:

1.Kesabaran merupakan kunci– Tumbuhan perlu waktu buat berkembang maksimal.

2.Perawatan teratur memastikan hasil– Penyemprotan serta pemantauan hama wajib tidak berubah- ubah.

3.Kebun merupakan tempat terapi– Keelokan alam serta kepuasan menjaga tumbuhan dapat kurangi tekanan pikiran.

Saat sebelum kembali Safrizal memberiku segenggam cabai muda yang baru dipetik Ini buat dicoba,walaupun belum pedas betul," katanya saya tersenyum, berjanji hendak kembali dikala masa panen datang berkunjung ke kebun cabai Safrizal bukan semata- mata jalan- jalan, tetapi pula mengingatkanku pada berartinya menghargai proses di balik tiap cabai pedas yang kita nikmati, terdapat kerja keras serta ketelatenan petani. Bila kamu memiliki pengalaman seru berkebun, share di pendapat ya!