Langkah di Ujung Senyap
Di jalan lengang kutatap mentari,
seperti ibu yang diam memanggil dari jauh.
Langkahku kecil, tapi mimpi besar menari,
di mataku yang belum lelah menaruh peluh.
Langit tak pernah tanya mau ke mana,
ia cukup hadir, memberi cahaya dan diam.
Lalu aku belajar: setia itu tanpa suara,
seperti ayah yang menunggu tanpa dendam.
Sepatu biru ini bukan cuma alas kaki,
ia saksi dari pagi yang kupungut sendiri.
Setiap debu di jalan seperti janji,
bahwa tumbuh itu kadang harus sepi.
Tak semua anak tahu arah pulang,
kadang rumah justru ada di dalam diri.
Aku menoleh ke belakang bukan karena bimbang,
tapi ingin tahu siapa yang masih peduli.
Dan jika esok aku harus berlari,
biarlah hari ini kutulis perlahan.
Satu cahaya, satu hati,
dan satu nama yang kusebut dalam keheningan.