Membaca Syair Perahu Hamzah Fansuri
Syeikh Hamzah Fansuri, seorang ulama, pengarang, dan pujangga ternama yang menganut aliran tarikat/filsafat wahdatul wujud. Hamzah Fansuri juga dikenal sebagai sastrawan sufi Nusantara terbesar dalam sejarah. Beliau adalah Jalaluddin Ruminya Kepulauan Nusantara.
Prof Syeh Muhammad Naquib Al Attas dalam buku The Misticism of Hamzah Fansuri. Tapi asal usul Hamzah Fansuri dalam diteliti dari syair-syair yang ditulisnya. Tentang asalnya ia menulis:
Hamzah nin asalnya Fansuri,
Mendapat wujud di tanah Syahr Nawi,
Beroleh khilafat ilmu yang adil
Dari pada Abdul Qadir Sayid Jailani.
Buku “The Misticism of Hamzah Fansuri” karya Prof Syeh Muhammad Naquib Al Attas Sumber
Fansuri merupakan sebuah daerah dekat dengan Aceh Singkil. Hamzah Fansuri mengajar ilmu-ilmunya di beberapa tempat di Aceh. Ia mendirikan dayah di daerah kelahirannya dekat Runding, Aceh Singkil. Dalam filsafat ia menganut paham wahdatul wujud dan menjadi pengikut tarikat qadariah. Ia sangat terpengaruh dengan ajaran-ajaran filsafat Syeh Abdul Qadir Jailani, Al Halladj, Al Junaedi, Jalaluddin Rumi, Abdulkarim Jili, Al Bustami, Al Ghazali, Mas’ud dan Syeh Nikmatullah.
Banyak karya-karya Hamzah Fansuri yang telah dibukuka dan diterbitkan kembali, diantara karya-karyanya yang paling terkenal adalah: Syair Perahu, Burung Pingai dan Bismilllahir Rahmanir Rahim. Malah beberapa Syair Perahu pernah dijadikan lagu oleh musisi Aceh yang kini menjadi anggota DPR RI, Rafli dengan judul yang sama.
Syair Perahu terdiri dari 28 bait. Untuk melengkapi jawaban ini, saya akan kutip delapan bait saja seperti di bawah ini:
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah i’tikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiada berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
Perteguh jua alat perahumu
Muaranya sempit tempatmu lalu
Banyaknya di sana ikan dan hiu
Menanti perahumu lalu dari situ
Muaranya dalam ikanpun banyak
Di sanalah perahu karam dan rusak
Karangnya tajam seperti tombak
Ke atas pasir kamu tersesak
Ketahuilah olehmu hai anak dagang
Riaknya rencam ombaknya karang
Ikan pun banyak datang menyarang
Hendak membawa ke tengah sawang
Sebuah karya agung Nyak Kaoy @isnorman. Entah kapan Aceh memiliki penyair sekelas Hamzah Fansuri.