Ekspedisi Keadilan (Kisah Perjuangan Pengungsi Rohingya)
Padang Tiji, Pidie
Minaraya, salah satu dari beberapa tempat penampungan bagi para pengungsi Rohingya yang berlabuh di tanah Rencong, Aceh. Tempat ini menjadi bukti perjuangan suara yang termarginalkan. Yayasan ini dulunya berdiri sebagai tempat penmpungan anak yatim pasca tsunami Aceh tahun 2004. Seiring waktu, dengan bertambahnya usia dari anak-anak serta kondisi Aceh yang semakin membaik, akhirnya pada akhir tahun 2022 tepatnya bulan desember, yayasan ini dialihfungsikan menjadi rumah bagi gelombang besar kedatangan pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh. Kedatangan ini menjadi saksi bisu perjalanan dan penderitaan hidup etnis Rohingya dalam mencari kehidupan yang lebih baik.
Keputusan untuk mengungsi dan berada di yayasan tersebut bukanlah kemauan melainkan suatu keharusan bentuk eksistensi yang terpaksa mereka jalani. Persekusi dan penindasan yang terjadi memaksa mereka untuk beranjak meninggalkan tanah kelahiran menuju antah berantah. Harapan akan hidup yang lebih baik menjadi mimpi yang tak kunjung mereka dapati. Hidup dalam penderitaan, ketidakpastian, ketakutan, bahkan masa depan yang kabur mendorong mereka untuk melakukan pergerakan. Trauma yang berkepanjangan ini akhirnya mendorong sifat alamiah manusia untuk berjuang (survive) mau tak mau akan tumbuh. dorongan ini menjadikan manusia tutup mata dengan tantangan yang mungkin menghadang. akibatnya, para pengungsi ini melakukan segala cara walau harus menempuh jalur laut yang berbahaya untuk menyelamatkan diri. Hingga akhirnya, mereka sampai ke tanah rencong dengan membawa segenap harapan yang masih tersisa.
Yayasan Minaraya memberikan mereka secercah harapan baru. Saat ini yayasan ini menjadi tempat bagi 168 pengungsi Rohingya melanjutkan hidupnya untuk sementara waktu. Namun, keterbatasan ruang dan fasilitas menjadi tantangan baru yang harus mereka hadapi. Hal ini dapat dilihat dari bangunan yang sudah tua, toilet umum yang tidak memadai dan cukup jauh dari beberapa bangunan, bahkan kondisi kamar yang tidak layak karena hanya disekat menggunakan kain alakadarnya. Satu kamp atau bangunan bisa ditinggali oleh 2-3 keluarga tergantung jumlah masing-masing anggota keluarga. Fasilitas kesehatan dan pendidikan hanya dilakukan bebrapa kali dan seadanya. Meskipun terlihat berat, tetapi mereka merasa kondisi ini jauh lebih baik daripada harus tetap berada di negara asalnya. Ditengah kondisi yang cukup sulit, para pengungsi ini masih bisa tersenyum dan mengucapkan syukur atas kelapangan hati Masyarakat Aceh untuk menerima mereka.
Para pengungsi Rohingya ini hidup lewat bantuan lembaga Internasional yang diawasi langsung oleh UNHCR. Adakalanya pengungsi mendapat bantuan dari masyarakat sekitar namun tanpa adanya intervensi dan paksaan. Saat ini, para pengungsi menghadapi tantangan baru yaitu diskriminasi dan penolakan akibat framing media sosial yang tidak baik. isu miring tentang sikap pengungsi yang tidak bersyukur menjadi tagline di media-media. Akibatnya, terjadi pergeseran persepsi yang menambah penderitaan yang terus mereka alami. Tak jarang ujaran kebencian juga menemani perjuangan mereka. kekecewaan akan kesalahpahaman ini disampaikan oleh Alex, salah satu anak muda yang juga seorang guru di tempat pengungsian menceritakan kesedihannya "”we are humas just like you guys and we wont hurt you or destroy your country. but why all of the people hate us as we are the criminal”. Ia mengatakan bahwa mereka hanya ingin hidup seperti manusia sebagaimana mestinya.
Hingga saat ini, meskipun kondisi mereka sudah "lebih baik" dari sebelumnya, para pengungsi Rohingya di Kamp Minaraya masih menunggu kepastian tentang masa depan mereka. Mereka berharap bisa kembali ke negara asalnya dengan aman atau dapat melanjutkan perjalanan mencari suaka namun situasi di negara asal mereka belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan dan kejelasan dari Internasional belum terlihat. Yayasan Minaraya tetap menjadi tempat sementara yang penuh tantangan, tetapi juga simbol dari perjuangan dan harapan bagi para pengungsi Rohingya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik sama seperti manusia lainnya.