Puasa Dzulhijjah, Ladang Amal untuk Ummat Islam

BAGI kita masyarakat beragama Islam, saat ini kita sedang memasuki bulan yang istimewa, Dzulhijjah. Bulan ini termasuk dalam bulan haram. Ada empat bulan yang disebut sebagai bulan haram, yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Di beri nama bulan haram, lantaran bulan-bulan ini memiliki kedudukan istimewa dan dihormati karena memiliki keutamaan dan larangan khusus, terutama terkait peperangan.

Di luar dari larangan peperangan, baik itu menyerang atau melayani serangan, ada banyak nilai ibadah yang bisa dipetik dalam bulan ini, khususnya dalam sepuluh hari pertama. Sepuluh hari pertama Zulhijjah disebutkan dalam banyak hadis sebagai hari-hari yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti berpuasa.

Dalam Shahih al-Bukhari, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah selain dari sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali dengan apa-apa.” (HR. Bukhari, no. 969).

Saya dulu mengira, kita hanya diminta berpuasa pada hari arafah, seperti sabda Rasulullah ﷺ :

  "Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya."

    (HR. Muslim, no. 1162)

Tapi ternyata tidak demikian. Puasa sejak tanggal 1–9 Zulhijjah sangat dianjurkan, meski puasa Arafah lebih bernilai dan lebih dianjurkan.