Setetes Darah Dapat Mengubah Takdir, Satu Harapan Menyelamatkan Jiwa
SEKITAR 20 tahun yang lalu, seorang sahabat saya berada dalam kondisi kritis di ruang ICU Rumah Sakit. Istrinya, dengan nada penuh harap meminta saya untuk mau mendonorkan darah untuk suaminya. Kebetulan darah kami sama. Antara khawatir lantaran belum pernah menjadi pendonor dan rasa kemanusiaan, untuk sahabat yang sekarat, saya memberanikan diri.
Saya datang ke Unit Tranfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Utara yang berada di kompleks terminal bis di kawasan Cunda, Lhokseumawe. Saya ingin memberikan harapan bagi sahabat saya. Apa yang saya lakukan, ternyata bukan hanya bentuk kebaikan hati. Karena mendonorkan darah secara ilmiah terbukti bermanfaat bagi kesehatan.
Kenapa? Setiap tetes darah yang didonorkan tentu saja bisa menyelamatkan nyawa, tapi juga memberikan efek positif bagi tubuh pendonornya. Berbagai penelitian dan laporan dari lembaga medis terkemuka telah mendukung pentingnya donor darah dari sisi kesehatan maupun kemanusiaan.
Dalam banyak konten sosial media, saya mendapati informasi manfaatkan mendonorkan darah. Salah satunya adalah pengurangan kadar zat besi dalam darah. Zat besi yang berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan stres oksidatif yang merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Ini bukan ngarang loh. Sebuah studi oleh Zacharski et al. (2007) yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) menunjukkan bahwa pengurangan kadar zat besi melalui donor darah berkala dapat menurunkan risiko kardiovaskular pada pasien dengan penyakit arteri perifer.
Dalam penelitian dinyatakan, “Reduction of iron stores... may reduce risk of cardiovascular events in patients with peripheral arterial disease.” (Zacharski et al., 2007, JAMA, 297(6), 603–610). Ini kutipannya. Jadi yakin kan? Terus apakah hanya itu? Tentu saja tidak.
Perlu dicatat bahwa setiap kali seseorang mendonorkan darah, tubuhnya akan secara alami merespons dengan memproduksi sel darah merah baru. Proses ini menjaga sistem peredaran darah tetap segar dan efisien. Menurut World Health Organization (WHO), setelah donor darah, tubuh seseorang secara otomatis menggantikan volume darah dalam waktu 48 jam dan menggantikan semua sel darah merah dalam waktu empat hingga delapan minggu.
Belum lagi sebelum mendonorkan darah, setiap pendonor akan menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah, kadar hemoglobin, dan skrining penyakit menular seperti HIV, hepatitis B dan C, serta sifilis. Prosedur ini tentu saja membantu si pendonor dalam mendeteksi kondisi medis yang mungkin belum terdiagnosis sebelumnya.
Jika selama ini kita mengira hanya dengan berolah raga kita bisa membakar kalori, maka itu salah total. Kenapa? Karena donor darah juga dapat membantu membakar kalori lho. Menurut laporan dari University of California, San Diego, satu kali donor darah dapat membakar sekitar 650 kalori karena proses regenerasi yang memerlukan energi dari tubuh. Memmag ini cara ini tidak bisa dijadikan metode utama diet, namun menjadi bonus kesehatan yang menyenangkan bukan?
Berbuat amal oke, manfaat kesehatan oke dan bisa membakar kalori pula. Jadi apa lagi yang membuat kita enggan untuk mendomorkan darah kita? Karena di luar sana, banyak sekali yang menunggu darah baru. Setiap tahunnya, jutaan orang membutuhkan transfusi darah akibat kecelakaan, operasi besar, atau penyakit berat. Di Indonesia, menurut data Palang Merah Indonesia (PMI), kebutuhan darah nasional mencapai lebih dari 5 juta kantong darah per tahun. Namun, ketersediaannya belum mencukupi.
World Health Organization menekankan bahwa "darah tidak bisa diproduksi di laboratorium. Satu-satunya sumber adalah manusia. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat penting. Donor darah menjadi wujud solidaritas kemanusiaan, di mana satu pendonor dapat menyelamatkan hingga tiga nyawa, karena darah bisa dipisah menjadi komponen seperti sel darah merah, trombosit, dan plasma.
WHO juga menetapkan 14 Juni sebagai World Blood Donor Day untuk menghargai para pendonor dan meningkatkan kesadaran global akan pentingnya donor darah sukarela dan aman.
Selain manfaat fisik, donor darah juga berdampak positif secara psikologis. Sebuah studi dalam Journal of Health Psychology tahun 2013 menemukan bahwa kegiatan sukarela seperti donor darah dapat meningkatkan perasaan bermakna, mengurangi stres, dan menumbuhkan rasa puas. Studi ini menyimpulkan bahwa “volunteering is associated with better mental health outcomes, especially when the individual perceives their contribution as meaningful.”
Donor darah adalah aktivitas sederhana yang memberikan dampak besar, baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Kesehatan jantung yang lebih baik, deteksi dini penyakit, pembakaran kalori, dan peningkatan regenerasi sel hanyalah sebagian dari manfaatnya. Dari sisi kemanusiaan, donor darah adalah penyambung hidup bagi jutaan orang di dunia.
Dengan mendonorkan darah secara rutin—misalnya setiap 2–3 bulan sekali—Anda tidak hanya merawat tubuh Anda sendiri, tapi juga menjadi bagian dari solusi atas kekurangan darah yang masih terjadi di banyak rumah sakit. Mari jadikan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan berjiwa sosial.
"Setetes darah bisa jadi awal dari perjalanan penyelamatan; keberanian kecil mampu menggugah dunia yang besar."