The Wilderness of Inspiration: Puisi tentang Film |
On September 13, 2025, a poetry collection was launched at Taman Ismail Marzuki. Several poets were invited to the event, including myself.
Two poets from Aceh had their poems included in the collection, titled "Kebangkitan." Besides me, there was Mustafa Ismail, a poet from Aceh who now lives in Jakarta.
I was unable to attend the launch due to financial difficulties.
Two of my poems were included in the anthology of Kebangkitan ("Resurrection"), one of which is "Belantara Ilham," which I posted here.
The Wilderness of Inspiration
From the wilderness
Inspiration blooms like a flower
Greeting the sun even on cloudy days
Before withering and falling to the earth
Rotting in the soil
Devoting oneself
Returning into roots
Without being picked
And cooked into a restless tale of rope
Becoming a mirror and shield of the self
From the screen, treading life
Roots intertwine, nailing the earth
Like pillars of the self
Waving green leaves
Perhaps transforming into a city garden
Emerging from the screen
Or exploding in a world celebration
Dancing before millions of eyes
In a complete carved menu
Ingredients picked whole day from nature's garden
Fresh every strand
With fragrant smoke rising from an old basket
Lorong Asa, March 2025
Pada 13 September 2025 lalu, di Taman Ismail Marzuki diluncurkan buku kumpulan puisi. Sejumlah penyair diundang untuk acara tersebut, termasuk saya.
Dari Aceh, ada dua penyair yang puisinya masuk dalam buku kumpulan puisi berjudul Kebangkitan tersebut. Selain saya, ada Mustafa Ismail, penyair asal Aceh yang kini bermukim di Jakarta.
Saya tidak hadir dalam peluncuran tersebut karena tidak ada biaya.
Dalam antologi kebangkitan tersebut, ada dua puisi saya yang dimuat. Salah satunya Belantara Inspirasi yang saya posting di sini.
Puisi Ayi Jufridar:
Belantara Ilham
dari gugusan belantara
ilham mekar serupa kembang
menyapa matahari bahkan di kala mendung
sebelum layu luruh ke bumi
membusuk dierami tanah
mengabdi diri
menjelma akar kembali
tanpa sempat dipetik
dan dimasak menjadi kisah resah tali-temali
menjadi cermin dan perisai diri
dari layar menapaki kehidupan
akar-akar berkelindan memaku bumi
serupa pilar-pilar diri
dedaunan hijau melambai
mungkin menjelma taman kota
menyeruak dari layar kaca
atau meledak dalam perayaan dunia
menari di depan jutaan pasang mata
dalam daftar menu terpahat lengkap
bahan yang dipetik sepenuh hari dari kebun alam
segar setiap helainya
dengan asap wangi mengepul dari bakul tua
Lorong Asa, Maret 2025