Sabtu 5 juli 2025 Menaklukkan Balok Gantung dan Menyelamatkan Balai dari Ancaman Pohon Tumbang
MY WRITE
Hari itu 5 juli 2025 , matahari baru saja menyembul malu-malu dari balik pepohonan ketika kami bersiap untuk memulai aktivitas di lokasi pembangunan. Rencana utama kami adalah memasang mal dinding balok tiang gantung sekaligus melakukan pengecoran. Namun, sebelum memulai pekerjaan inti, kami dihadapkan pada sebuah situasi tak terduga yang membutuhkan kepedulian kami sebagai sesama manusia.
Seorang kakek datang menghampiri kami, meminta bantuan untuk menebang sebuah pohon yang tumbuh di pinggir area pemakaman. Pohon tersebut sudah mulai terlihat miring karena akarnya terangkat akibat longsoran tanah. Letaknya sangat dekat dengan balai yang tengah kami bangun. Bila dibiarkan, dikhawatirkan pohon itu akan tumbang dan merusak hasil kerja keras kami. Tanpa pikir panjang, kami pun segera mengalihkan perhatian untuk membantu sang kakek.
Beruntung, salah satu rekan kami memiliki keahlian dalam menebang pohon menggunakan mesin chainsaw. Ia yang bertugas mengoperasikan mesin pemotong, sementara kami bertiga memegang tali penarik dari arah yang berlawanan agar arah tumbangnya pohon bisa dikendalikan dan tidak mengenai bangunan kami. Prosesnya berlangsung cukup menegangkan, namun dengan kerja sama dan komunikasi yang baik, pohon berhasil ditebang dengan aman. Sang kakek pun mengucapkan banyak terima kasih—momen yang membuat kami merasa bahwa kerja keras kami hari itu dimulai dengan berkah.
Setelah menyelesaikan tugas tak terduga itu, kami melanjutkan agenda utama, yakni memasang mal dinding balok gantung. Salah satu rekan memotong papan dari bawah, sementara saya dan satu rekan lainnya berada di atas untuk memasangnya dengan paku dan palu. Kami bekerja secara presisi, memastikan setiap bagian mal terpasang kokoh dan sejajar agar pengecoran nanti berjalan dengan lancar.
pemasangan dinding balok gantung
Tak terasa hari sudah beranjak siang. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, melepas lelah sambil mengisi tenaga dengan makan dan minum air segar. Suasana di lokasi cukup tenang, hanya terdengar suara burung dan hembusan angin yang membuat tubuh sedikit lebih rileks.
Setelah istirahat, kami kembali ke pekerjaan selanjutnya—pengecoran. Inilah tahap yang paling menguras tenaga. Dua orang bertugas di bawah untuk mengaduk adonan semen secara manual, tanpa bantuan mesin molen. Satu orang lainnya naik ke atas untuk menuangkan adonan ke dalam mal dengan sangat hati-hati. Kami harus saling mengatur ritme dan koordinasi agar tidak ada adonan yang tercecer dan semua bagian balok terisi sempurna.
Meski tubuh mulai terasa letih, semangat kami tidak surut. Kami sadar bahwa setiap tetes keringat hari ini adalah pondasi dari bangunan yang kokoh esok hari. Saat matahari mulai condong ke barat, kami pun menuntaskan pengecoran. Alhamdulillah, balok gantung berhasil kami selesaikan sesuai harapan.
Sore itu, kami berkemas dan bersiap pulang ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, kami berpapasan dengan para pekerja tambang emas yang juga sedang kembali ke tempat tinggal mereka menggunakan alat berat. Kami sempat berbincang sebentar. Menurut mereka, hasil emas hari ini tidak sebanyak hari-hari sebelumnya—sebuah realita yang biasa dalam dunia pertambangan.
alat berat tambang yang sedang dalam perjalanan pulang
Hari itu kami pulang dengan tubuh yang lelah, namun hati kami terasa ringan. Banyak hal yang kami pelajari—tentang kerja sama, tentang kepedulian, dan tentu saja tentang bagaimana menghadapi tantangan di lapangan. Setiap hari adalah cerita, dan hari ini adalah salah satu cerita yang pantas untuk dikenang dan dibagikan.
Terima kasih sudah membaca hingga akhir. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak di kolom komentar, dan follow saya untuk cerita menarik lainnya dari dunia kerja di lapangan! Sampai jumpa di postingan berikutnya, sobat Steemian! 🙏😊
Best regards,
@khairulamar | My Introduction Post