Thediary 16 September 2025: Nasib Hutan Aceh
Benar memang apa yang dikatakan, manusia bisa jadi pemimpin yang bijak. Bisa juga pemimpin yang rusak. Kerusakkan alam sudah melampaui batas-batas tolerasi yang bahkan tidak bisa diterima akal sendiri. Bisa dianalogikan bahwa untuk menghangatkan tubuh manusia membakar rumahnya semdiri.
Bermulai dari kwbutuhan sederhana sekedae makan, berkembang menjadi kebutuhan untuk mwnyimpan cadangan makanan, lalu kebutuhan papan, sandang dan kemewahan. Perkembangan ini mengantarkan manusia untuk melakukan ekspansi dan mengeksplolitasi alam secara besar-besaran.
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah perambahan hutan baik diambil kayunya sampai dialih fungsikan menjadi lahan tambang atau pertanian. Perambahan hutan secara cepat menyebabkan kerusakkan yang parah. Banjir udah jadi langanan, kerugian tak terkira.
Manusia tidak lagi berfikir dampak dari perbuatannya. Kerusakkan tidak hanya bersampak regional tapi sudah global. Pemanasan buni semangkin cepat. Cairnya es kutub tidak terelakkan. Perubahan iklim tak terhindari. Disini coba kita berfikir siapa yang rugi.
Ini adalah gambaran bagaimana alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Penanaman sawit tidak hanya dipinggiran hutan..tapi sudah masuk ke pedalaman serta dibukit-bukit yang seharusnya tetap terjaga dengan tanaman.