Pertempuran Krueng Panjo (1)
Hai Sahabat Stemian. Bagaimana setuasi yang kamu lalui hari ini ? semoga indah dan menyenangkan ya.
Saya ingin bercerita tentang kejadian yang pernah ada di Aceh Utara masa zaman penjajahan Jepang dahulu. cerita ini saya kutip dari salah satu buku yang ada di perpustakaan tempat saya bertugas.
Gencarnya pejuang Aceh melucuti senjata pasukan Jepang harus berbenturan dengan keinginan Belanda memasuki kembali Aceh dengan membonceng tentara Sekutu. Tidak boleh satu pucuk senjatapun ditinggalkan di bumi Indonesia, demikian intruksi Sekutu melalui Komandan Sekutu/NICA di Medan. Brigjen Ted Kelly.
Tentara Jepang yang sudah berkemas -kemas dan terkonsentrasi di Lhok Seumawe mulai di konsilidasikan menjadi dua batalyon tempur. Mereka diperintahkan untuk menduduki kembali kota Bireun dan tempat-tempat strategis lainnya untuk merampas kembali senjata yang sudah jatuh ke Markas daerah API/TKR.
Saat itu. Di kalangan pemuda Aceh perburuan senjata Jepang terus gencar di lakukan dengan jorgan " Serdadu Jepang boleh enyah dari bumi Aceh, tapi senjatanya satu pelorpun tidak boleh berpindah tempat"
Karena kentalnya Jargon tersebut, para pemuda rela menukarkan satu senjata api dengan nyawa, karena senjata api dianggap lebih berharga untuk melanjutkan perjuangan.
Kembalinya tentara Jepang akan membuat tentara Aceh yang sudah berada dalam kendali API / TKR bisa berantakan. Mau tidak mau gerakan ini harus di cegah di garis pertahanan di Krueng Panjo. Agar tidak merembet ke daerah-daerah lainnya.
Krueng Panjo terletak sekitar tiga kilo meter dari kota kecil Matang Glumpang Dua. Saat itu salah satu Ibukota Kecamatan terpadat di Kabupaten Aceh Utara. Kota ini dikenal dengan kota Pesantren dengan ribuan santri yang Fanatik, kreatif dan Inovatif.
Di Kota ini berdiri Madrasah Tsanawiyah yang terkenal maju dan menjadi idola anak- anak muda yang ingin mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Bukan hanya penduduk setempat yang masuk ke pesantren tersebut. Tapi juga orang-orang Gayo di Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan Kabupaten AcehbTimur. Bahkan dari Kabupaten Langkat. Madrasah yang sangat terkenal di Kawasan Peusangan ini di Asuh oleh Ulama Besar Teungku Abdul Rahman Meunasah Meucap. Salah seorang pendiri PUSA bersama Ulama besar Teungku Muhammad Daud Beureueh.
Rakyat Krueng Panjo sangat mendukung perjuangan melawan Jepang yang ingin kembali menduduki Tanah Rencong. Satu Bataliyon tempur Jepang yang datang menggunakan kereta api akan dihadapi pasukan API/TKR.
Kabar kembalinya pasukan Jepang disampaikan oleh Kapten Teuku Hamzah kepada Komandan Wakil Markas Daerah III, Mayor T.M. Daud yang sedang sakit di Samalanga. Berdasarkan laporan ini Mayor Teuku M. Daud mengintruksikan kepada Kapten Teuku Hamzah untuk mengorganisir pasukan API/TKR dan Laskar Pejuang untuk menghadang Tentara Jepang
sumber : Buku Aceh Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949.
Pengarang: Tgk AK Jakobi