Pertempuran Krueng Panjo (2)

Poto bersama buku sebagai sumber cerita

Teuku Hamid Anwar, Kepala Staf Divisi V API/TKR yang menerima laporan dari Wakil Markas Daerah segera mengambil tindakan dengan memimpin langsung dua kompi pasukan masing-masing pimpinan Letnan Agus Husin, Letnan T.A. Hamdani, Letnan Nyak Do, dan Letnan Yusuf Ahmad keempat kompi ini berada di bawah komando Teuku Hamzah.

Selain Bireun, sasaran utama yang dituju Jepang lokasi-lokasi yang pernah diduduki oleh serdadu Jepang.karena di lokasi tersebut terpendam sejumlah besar senjata api yang disimpan oleh Jepang. Anak Pribumi sendiri tidak tau persis dimana timbunan senjata itu disembunyikan. Lokasi yang dituju Jepang antara lain Teupin Mane, Geulanggang Lab, Tambo, Cot Gapu, Blang Pulo dan Kota Bireun. Mereka akan membuka timbunan senjata dan diserahkan kepada sekutu Medan.

Di Cot Gapu terdapat lapangan terbang militer darurat, yang sebelumnya dijadikan Resimen Induk Jepang yang memasok kebutuhan logistik militer Jepang di seluruh Kabupaten Aceh Utara. Ketika Jepang meninggalkan Aceh menuju Medan, masih tersimpan bahan mesiu, senjata, logistik bahkan sejumlah tank Jepang terletak begitu saja, tetapi onderdilnya telah banyak dipreteli.
Dari sekian banyak tank Jepang yang menyemak, ada 8 tank yang masih dapat difungsikan. Ini berkat ketekunan seorang montir bis yang bernama M. Yusuf Ahmad bersama Pemuda Pejuang menuju front "Medan Area"

Krueng Panjo menjadi tempat bersejarah bagi rakyat Aceh karena di tempat ini pasukan Jepang yang berusaha kembali memasuki Aceh di gagalkan oleh tentara API/TKR di bawah komando Teuku Hamid Azwar.

Dipilihnya Krueng Panjo sebagai tempat menghadang tentara Jepang yang berjumlah 1000 orang berkekuatan satu bataliyon lengkap dengan persenjataannya. Karena dari segi lokasi sangat menguntungkan untuk pengepungan. Daerah Krueng Panjo dilintasi oleh jalur kereta api. Diperkirakan pasukan Jepang akan menggunakan sarana transfortasi kereta api untuk menuju sasaran. Krueng Panjo berada di daerah persawahan disekitar tempat itu terdapat semacam tanggul besar yang digunakan untuk mengairi area persawahan penduduk.

Strategi yang telah disusun Mayor Teuku Hamid Azwar dikomunikasikan ke komandan operasi Kapten Teuku Hamzah. Diintruksikan agar rel kereta api di Kampung Pante Gajah dekat Krueng Panjo dibongkar. Yang jaraknya hanya 3 KM sebelum masuk stasiun, agar kereta api tidak bisa lewat. Demikian juga keesokan harinya, bila kereta api sudah melewati sasaran, pasukan API/TKR harus segera membongkar rel kereta api bahagian belakang sehingga tidak bisa mundur.

Selanjutnya Bireuen segera menunjukan kesibukan sebuah komando operasi segera dibentuk dengan komandan operasi Kapten Teuku Hamzah dilengkapi dengan empat kompi pasukan API/TKR. Masing-masing Kompi dengan pimpinannya Letnan Agus Husin. Kompi II dipimpin T.A Hamdan. Kompi III dipimpin Letnan Nyak Do dan Kompi IV dipimpin Letnan Yusuf Ahmad.

sumber : Buku Aceh Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949.
Pengarang: Tgk AK Jakobi