Belajar Jadi Pengusaha dari Warung Kelontong Sebelah Rumah

IMG_1455.jpeg

Bisnis Kelontong Kecil-kecilan

Halo semuanya! senang sekali bisa menyapa anda semua di komunitas luar biasa ini semoga anda saya dan kita semua dalam keadaan sehat wal afiat. aku @nananrazila mau cerita sedikit tentang hal yang sering banget aku lihat tiap hari, tapi baru sadar kalau ini sebenarnya bisa jadi pelajaran bisnis yang keren.

Jadi, di samping rumahku ada sebuah toko kelontong. Ukurannya memang nggak besar, tapi kalau masuk ke dalam, rasanya kayak masuk ke mini market versi rumahan. Segala macam kebutuhan ada di sana. Mulai dari sabun mandi, sampo, bumbu dapur, gula, minyak goreng, sampai sayur-sayuran segar yang baru datang pagi hari. Kalau lagi butuh sesuatu mendadak, tinggal lari sebentar ke sana, pasti ketemu.

IMG_1453.jpegIMG_1454.jpeg

bahan kecantikan dan jajanan anak kecil

Yang bikin aku kagum, toko ini juga jual minyak pertalite. Jadi orang sekitar nggak perlu repot ke SPBU kalau cuma butuh isi motor cepat. Lalu ada juga snek dan minuman dingin buat anak-anak yang mampir sepulang sekolah. Dan ini bagian favoritku ada tong es krim! Serius deh, tiap kali lewat, aku pasti tergoda buat beli, apalagi kalau siang panas-panas.

IMG_1451.jpegIMG_1450.jpegIMG_1449.jpeg

minyak pertalite, bumbu dapur, dan es krim

Nah, waktu aku baca buku Memahami Belajar Entrepreneurship di Perguruan Tinggi, aku jadi kepikiran: ternyata toko kelontong sebelah rumahku ini adalah contoh nyata penerapan langkah-langkah menjalankan ide bisnis yang dibahas di buku itu.

Di buku tersebut, langkah awal yang disarankan adalah menuliskan ide. Mungkin dulu pemilik toko ini juga cuma mulai dengan mencatat kebutuhan dasar orang-orang di sekitar, misalnya sembako dan sabun.

Lalu masuk ke langkah kedua, membuat gambaran sederhana. Mungkin ia berpikir, “Kalau orang belanja sembako, mereka juga butuh sayur. Kalau beli sayur, sekalian deh ada jajanan anak-anak.” Dari ide sederhana itu, barang dagangan pun makin beragam.

Langkah ketiga, diskusi dengan orang lain. Bisa jadi pemiliknya sering ngobrol sama tetangga soal barang apa yang sering dicari. Dari obrolan ringan, tercetuslah ide jualan bensin eceran dan es krim. Langkah keempat adalah riset sederhana. Nggak perlu rumit, cukup dengan melihat perilaku pembeli apa yang cepat habis, apa yang jarang disentuh. Dan akhirnya, langkah kelima memastikan ide itu layak dijalankan. Buktinya, sampai sekarang toko ini tetap eksis dan makin ramai.

Selain itu, ada juga bagian penting di buku tadi tentang riset pasar. Intinya, kalau mau usaha, jangan cuma ikut-ikutan atau sekadar memenuhi keinginan sendiri. Harus tahu dulu apa yang sebenarnya dibutuhkan pasar. Toko kelontong ini berhasil karena pemiliknya paham betul kebutuhan orang sekitar. Dia nggak cuma jual barang random, tapi benar-benar menyediakan apa yang sering dicari pelanggan sehari-hari.

Kalau dipikir-pikir, toko kelontong ini bukan cuma tempat belanja, tapi juga sekolah kecil buatku. Dari situ aku belajar kalau bisnis itu bukan soal besar kecilnya modal, tapi soal kepekaan melihat peluang. Kadang ide bisnis justru ada di depan mata, sesederhana menyediakan es krim segar buat anak-anak yang habis main di siang bolong.

Jadi buat teman-teman di Steemit, kalau kalian punya ide sekecil apapun, jangan diremehkan. Tulis aja dulu, coba jalankan langkah demi langkah. Bisa jadi, dari ide sederhana itulah lahir peluang besar. Siapa tahu, besok-besok kalian juga bisa punya toko “serba ada” seperti tetanggaku ini, lengkap dengan tong es krim yang jadi penyelamat dahaga setiap hari.

Sort:  

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.

 last month 

Congratulations!! Your post has been upvoted through steemcurator06. We encourage you to publish creative and quality content.

Curated By: @fantvwiki

Terimaa kasihhh banyakk pakk🙏