HIRUK-PIKUK PERDAGANGAN DI KOTA BIREUEN PADA HARI MINGGU

Hiruk-Pikuk Perdagangan di Kota Bireuen pada Hari Minggu
Hiruk Pikuk Pasar Bireuen di Hari Minggu
Di sudut jalan utama Kota Bireuen, terik matahari Minggu pagi menerangi deretan toko berwarna-warni. Langit biru cerah menambah semarak suasana. Deretan papan reklame toko lampu dan elektronik membuat jalan tersebut tampak hidup; misalnya logo besar Hannochs dan tulisan Philips di atas pintu sebuah toko lampu dan elektronik. Suara kendaraan berlalu-lalang memecah keheningan pagi: raungan mesin sepeda motor dan klakson mobil sesekali menggelegar di udara. Orang-orang lalu lalang membawa kantong belanja atau barang dagangan, beberapa berhenti sesaat di depan toko untuk melihat-lihat produk yang dijual. Pasar itu padat oleh berbagai penjual dan pembeli. Deretan toko kosmetik dengan papan nama seperti Duta Cosmetic dan merek Safi memajang krim wajah dan sabun kecantikan di etalase kaca mereka. Tak jauh dari situ, toko-toko pakaian seperti Dago Store dan Kartikatex menggantung aneka sarung, batik, dan kain bermotif menanti pembeli. Sebuah tenda di pinggir trotoar berpayung warna-warni menampilkan jam tangan dan aksesori berkilau yang menarik perhatian anak muda. Seorang ibu menawar kain sutra dari penjualnya dengan suara lembut, sementara di sudut lain seorang pedagang mainan tersenyum melihat anak kecil yang menunjuk kereta-keretaan kayu berwarna cerah di etalase. Kendaraan lalu-lalang memenuhi jalanan ketika sebuah truk kuning terparkir di bahu jalan membawa pipa-pipa panjang di baknya, siap mengantar pesanan ke pelanggan setempat. Motor berseliweran, beberapa di antaranya berhenti berjejer di depan toko saat pemiliknya sibuk bertransaksi di dalam. Di trotoar, tampak gundukan pasir dan kerikil serta dua pekerja yang menurunkan karung semen dari bak sepeda motor. Tidak jauh dari situ, seorang tukang becak motor melintas; becaknya yang beroda tiga memuat kotak kardus besar menuju toko elektronik, menambah kesibukan ruas jalan. Deru mesin dan klakson saling bersahutan, mewarnai kesibukan pasar Minggu itu. Meski begitu padat dan berisik, suasana pasar Minggu di Bireuen tetap terasa hangat dan akrab. Para penjual dan pembeli saling menyapa seperti keluarga besar; seorang bapak pedagang lampu menepuk bahu langganannya sambil tersenyum ramah, sementara seorang ibu penjual kue basah di pojok jalan melayani pembeli dengan sapa mesra. Anak-anak setempat berlarian membawa es kelapa muda atau es krim, tertawa lepas di sela belanja orangtua mereka. Kebersamaan inilah yang membuat hiruk-pikuk pasar terasa hidup—meskipun padat, sentuhan keramahan lokal menjadikannya nyaman bagai rumah kedua.