Perjalanan Penelitian yang Penuh Cerita
Setiap proses penelitian punya ceritanya sendiri. Bagi sebagian orang, kegiatan ini hanya sebatas kewajiban akademik. Tapi bagiku, kunjungan ke MIN 4 Kota Lhokseumawe bukan hanya tentang angka, data, dan teori. Ia menjadi sebuah perjalanan yang menyentuh banyak sisi dalam hidupku tentang bagaimana menjadi pendengar, pengamat, pelaku, sekaligus pembelajar.
Hari itu, pagi masih segar ketika langkahku menapaki halaman sekolah yang asri dan tertata rapi. Dari kejauhan, terdengar suara anak-anak yang sedang bercanda di halaman, tawa mereka mengudara, ringan dan polos. Aku sempat diam beberapa saat. Menarik napas dalam-dalam. Dalam hati berkata, “Akhirnya hari penelitian sampai juga.”
MIN 4 Lhokseumawe bukan sekolah yang asing bagiku. Tapi datang dengan peran baru sebagai peneliti membawa rasa yang berbeda. Aku tidak lagi sekadar mengamati dari luar pagar, melainkan masuk lebih dalam untuk melihat bagaimana pop-up book hasil karyaku dapat berfungsi dalam proses pembelajaran khususnya pada tema rantai makanan di mata pelajaran IPAS kelas V.
Setelah melewati proses administrasi yang cukup panjang, aku akhirnya mendapat izin resmi melakukan penelitian. Aku disambut oleh guru-guru yang ramah dan antusias, serta siswa-siswi yang penuh semangat. Rasanya seperti bertemu keluarga baru.
Aku memulai proses dengan observasi awal. Duduk di belakang kelas, melihat bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar. Dari sana aku tahu, bahwa anak-anak ini sebenarnya punya rasa ingin tahu yang tinggi.
Hanya saja, media yang digunakan terkadang belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan visual dan keaktifan mereka. Di situlah hatiku menguat aku tidak sedang membuat media biasa. Aku sedang menciptakan jembatan antara ilmu dan rasa penasaran.
Hari demi hari, kegiatan berlangsung lancar. Aku mulai memperkenalkan pop-up book yang telah aku kembangkan. Saat buku itu dibuka dan gambar tiga dimensinya muncul, mata anak-anak langsung membesar.
Mereka bersorak pelan, tertawa kecil, lalu mulai saling menunjuk satu sama lain. Ada yang bilang, “Ibu, ini harimaunya bisa berdiri!” Ada juga yang terdiam lama sambil mengikuti alur cerita dari halaman pertama hingga terakhir.
Momen-momen itu sangat berharga bagiku. Karena dari sanalah aku tahu, bahwa pop-up book ini bukan hanya media, tapi pengalaman belajar yang menyenangkan.
![]() | ![]() |
---|
Tak hanya siswa, para guru pun ikut terlibat. Mereka memberikan masukan, kritik, dan dukungan yang begitu berarti. Beberapa dari mereka bahkan berkata bahwa media seperti ini sangat dibutuhkan, apalagi untuk tema-tema yang menuntut pemahaman konseptual seperti rantai makanan. Dengan pendekatan visual, siswa lebih mudah menghubungkan satu peran dengan yang lain dari produsen, konsumen, hingga dekomposer.
Di sela-sela kegiatan, aku juga berdiskusi dengan wali kelas. Ia bercerita tentang bagaimana karakter siswa yang beragam mempengaruhi cara mereka belajar. Ada yang aktif, ada yang pemalu, ada juga yang sangat visual.
Ia berkata bahwa kehadiran media ini membuat anak-anak yang biasanya pasif jadi lebih berani bertanya. Aku mengangguk pelan. Rasanya seperti sedang diberi bukti bahwa niat baik dan kerja keras memang tak pernah sia-sia.
![]() | ![]() |
---|---|
![]() | ![]() |
Penelitian ini bukan hanya tentang validasi data dan pengisian angket. Tapi juga tentang memahami ekosistem sekolah secara utuh antara guru, siswa, dan suasana belajar. Aku banyak belajar tentang bagaimana membangun komunikasi, bagaimana menjadi fleksibel, dan bagaimana menanggapi situasi tak terduga dengan tenang.
Kadang ada kelas yang tiba-tiba berubah jadwal, ada siswa yang tidak hadir, atau perangkat yang sedikit bermasalah. Tapi dari semua itu, aku semakin mengerti bahwa dunia pendidikan selalu dinamis. Dan sebagai calon guru, aku harus siap berjalan di dalamnya.
Penelitian ini telah selesai, tapi cerita dan pembelajarannya akan selalu tinggal dalam ingatan. MIN 4 Lhokseumawe telah menjadi ruang nyata di mana teori, ide, dan impian bertemu dengan kenyataan. Di sinilah aku menyadari, bahwa penelitian bukan hanya untuk menyelesaikan skripsi, tapi juga untuk memahami dunia yang akan segera kita masuki sebagai pendidik masa depan.
Your post has been supported by the TEAM FORESIGHT. We support quality posts, good comments anywhere, and any tags
Terimakasih sudah support postingan saya
Top markotop, gak diajak saya foto? 😢
Bapak waktu itu ga ada di sekolah 🥹