Petualangan Seru ke Takengon bersama siswa kelas 6 yang akan Tamat Madrasah

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hallo sahabat steemiant dimanapun kalian berada. salam kenal dan salam sapa dari saya. semoga dalam lindungan Allah. Hari ini saya akan bercerita keseruan saya bersama siswa kelas 6 mengadakan tour menuju Takengon.

Hari itu dimana matahari bersinar cerah seolah menyambut semangat kami untuk berangkat study tour. siswa kelas 6 MIN 4 Kota Lhokseumawe. Setelah berminggu-minggu menunggu hari ini dimana akhirnya hari study tour yang kami nantikan tiba juga. mereka sudah tidak sabaran menunggu kapan tiba saatnya study tour. Tujuan kami kali ini adalah Takengon atau Aceh tengah. sebuah kota indah di dataran tinggi Gayo yang terkenal dengan keindahan alamnya dan Danau Laut Tawar yang memukau siapa saja yang datang berkunjung.

Jam 7.00 saya sudah ke pasar inpres untuk membeli beberapa keperluan saat nanti berada di sana, jangan sampai kelaparan siswa saya. pertama saya mencari jagung bakar, karena saya sudah berbincang-bincang dengan kepala madrasah saat malam tiba kami mau Bakaran sambil bernyanyi ria, untuk semangat dan meninggalkan kenangan yang indah. kemudian saya melangkah mencari bakso yang sudah jadi. sekalian saya singgah untuk membeli saus, kecap, margarin dan juga Indomie serta telur untuk persiapan jaga malam di sana.

	Siswa mulai menaiki bus

Barulah saya pulang ke rumah berganti baju serta berkemas memasukkan beberapa potong baju kedalam tas. barulah saya berangkat ke sekolah kembali dengan diantarkan oleh suami. supaya sepeda motorku bisa di bawa pulang, takut juga jika aku simpan di sekolah.

Pukul 10.00 pagi, anak-anak sudah berkumpul di halaman sekolah. Suasana penuh keceriaan dan antusiasme yang terlihat. Para guru pendamping memeriksa kelengkapan dan memberi sedikit arahan sebelum berangkat, serta melakukan doa bersama, kami pun menuju bus yang terparkir di depan sekolah MAN, setelah semua peserta yang berangkat berada di dalam bus. kami pun segera berangkat.

Bus mulai melaju membela Jalanan Medan Banda Aceh menuju Takengon

Perjalanan menuju Takengon memakan waktu sekitar 4 jam. karena melewati jalan Bireuen, seandainya bisa melewati jalan gunung salak lebih cepat lagi sampainya hampir separuh waktu melewati Bireuen. Di sepanjang jalan yang kami lewati kami disuguhi pemandangan yang luar biasa terdapat hamparan sawah hijau, gunung yang menjulang tinggi, perbukitan disepanjang jalan, lika-liku jalanan dan udara yang mulai sejuk ketika memasuki daerah pegunungan.

Di dalam bus, kami bernyanyi, bercanda, bermain tebak-tebakan, dan saling berbagi bekal yang mereka bawa, sesekali terdengar suara ketawa yang sangat nyaring. sangking bahagianya mereka bisa jalan-jalan bersama teman. Beberapa teman bahkan tertidur karena guncangan bus yang membuat mereka mengantuk. Sekitar pukul 15.30 siang, kami tiba di destinasi pertama yaitu Danau Laut Tawar. Danau itu sangat luas dan airnya tampak jernih berkilauan diterpa sinar matahari. Kami sempat turun dan berjalan-jalan di tepi danau sambil mengambil foto bersama.

Photo bersama saat tiba di destinasi wisata pantai menye

Kami singgah pertama di Pante menye, yang menjadi destinasi yang terletak di danau laut tawar, karena menjadikan tempat yang sering dikunjungi oleh pelancong hanya sekedar ingin berphoto. kamipun tidak mau kalah, kami mengambil beberapa lembar photo untuk di jadikan kenang-kenangan bersama siswa. dan terakhir kami masuk dengan membayar tiket 5.000 per/orang.

Setibanya di dalam kami melihat indahnya bangunan yang di buat. anak-anak ada yang langsung membeli jajan. ada yang duduk santai sambil photo. Tak lupa, kami belajar tentang ekosistem danau dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan disekitar danau. jangan sampai pengunjung mengotori danau.

	Suasana air danau di sore hari

Setelah puas berphoto dan juga mengisi perut yang mulai kosong, kami melanjutkan perjalanan ke penginapan yang telah saya booking semalam. Di sana kepala sekolah mengabarkan bahwa beliau udah sampai.

Rumah penginapan

	Kamar penginapan yang kami sewa

	Nama Homestay yang kami sewa

Menjelang Magrib, barulah kami tiba di homestay Nessy. saya menyewa dua rumah sekalian. yang satu untuk siswa laki-laki dan satunya lagi buat siswa perempuan, kemudian saya langsung mengarahkan mereka untuk memasukkan dan barang bawaan mereka. dan kemudian saya menyuruh mereka mandi dan melaksanakan shalat magrib dulu.

Sekitar pukul 19.00, Riski ramadhan mulai menghidupkan api untuk membakar jagung dan bakso serta menyetel musik untuk kami karokean. Terlihat dari raut wajah siswaku terlihat sangatlah senang dan gembira tidak nampak sedikit wajah lelah walaupun sangat lama berada dalam bus. Perjalanan study tour ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga penuh pengetahuan dan pengalaman berharga bagi siswaku.

kemudian saya menghubungi kepala madrasah untuk membeli nasi karena kebetulan beliau lagi berada di Kota Takengon, jadi saya tidak perlu lagi harus keluar mencari makan malam. tidak lama kepala sekolah membawa pulang makan malam dengan menu ayam geprek malam ini.

Saya langsung menyuruh siswaku mengambil satu kotak per orang dan saya juga menyuruh mereka semua untuk makan terlebih dahulu. saya juga memantau siswa jangan sampai ada yang belum makan. takut Jugakan bawa anak orang. jadi harus ekstra dalam mengawasi mereka. setelah makan malam selesai barulah para siswa karaokean. mereka sungguh mahir dalam bernyanyi. saya merasa malu sendiri karena gak bisa bernyanyi lebih-lebih suaraku yang cepreng...he..he..

Kemeriahan malam saat menginap di home stay

Kami para guru mengipas-ngipas jagung yang telah kami letakkan di pemanggangan dan anak-anak mulai bekerjasama dalam menusuk bakso. tanpa disadari banyak bakso yang hilang sebelum di bakar.

	Mulai memesankan air diatas bara api

Jam 1.30 dini hari, saya mulai menghidupkan kompor, sudah beberapa kali saya coba tidak mau menyala apinya, pas saya cek gas.eh rupanya gasnya kosong. alhasil kami menghidupkan kembali arang dan kayu untuk memasak mie. Rizky Ramadhan sangat pandai dalam menyalakan api. sehingga kami tidak kesusahan dalam memasak walaupun tidak punya gas, kami bisa kembali ke masa nenek-nenek jaman dahulu, memasak dengan kayu bakar.

Proses pembuatan mie

setelah api menyala sangat besar, kami letakkan wajan dan memasukkan air ke dalam wajan, sambil menunggu air mendidih, saya mencuci telur dan membuka bungkusan mie, sedangkan siswa saya menyuruh menyediakan piring dan sendok. saat air mulai mendidih saya memasukkan telur terlebih dahulu barulah masukkan mie. tidak perlu memasak lama mie siap di hidangkan dan makan bersama.

Mienya siap di santap

saya langsung membagikan mie kedalam piring-piring yang tersusun rapi. supaya tidak ada yang banyak and sedikit dan semua tercukupi. mereka menikmati mie di tengah malam sambil tertawa bahagia. karena Indomie adalah makanan favorit semua orang. setelah makan mie saya menyuruh semua siswa ku masuk ke rumah. disebabkan saya mulai ngantuk. karena jam menunjukkan pukul 3.00 dini hari.

tanpa saya sadari saya telah terlelap karena sangat lelah hari ini. sekian cerita saya dalam perjalanan menuju Takengea