Menghirup Bebas di Antara Dua Pilar Raksasa

in WhereIN2 days ago

SEPERTI biasa. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Say abersiap. meraih sepatu, topi, headset dan pengaman lutut. Jalur pagi ini masih seperti yang kemarin-kemarin. Saya sudah nyaman joging di area Kampus Universitas Sultanah Nahrasiyah ini. Selain dekat dengan rumah, konturnya juga asyik. Kadang naik, kadang turun. Kondisi ini tentu saja baik bagi latihan lutut pria 50 tahun ke atas seperti saya.

Setelah berjalan sekitar 35 menit, saya tiba di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Ini gedung dengan posisi paling tinggi di antara yang lain. Saya naik ke atas, di antara pilar pilar besar dan tinggi menjulang. Seperti gerbang menuju istana pada film-film jaman dulu. Di baliknya, hamparan hijau membentang jauh, garis langit samar bertemu dengan rimbunnya pepohonan.

Saya meminta putra sulung yang menemani untuk memotret. Sembari rentangkan kedua tangan lebar-lebar, mencoba menikmati alam dan udara bersih pagi itu. Bukan untuk gaya, bukan pula untuk pamer. Hanya ingin merasakan sesuatu—apa saja yang bisa mengalir lewat tubuh yang kadang terasa kaku oleh beban hidup. Asyik banget. Udara yang terhirup terasa seperti air es yang sejuk.

Dan saat itu juga, ada perasaan yang tak bisa dijelaskan. Seperti ada angin ringan yang mengalir lewat pori-pori. Seperti dada yang tiba-tiba lapang.

20250620_072306.jpg

20250620_072257.jpg