Tak masuk akal: Peluru, bukan kata-kata.

in #writing10 days ago

Tak masuk akal, tak ada logika, tak ada alasan, apalagi pembenaran yang dapat mendukung pengambilan nyawa. Pembunuhan Charlie muda adalah manifestasi tergelap dari intoleransi, jurang yang kita intip sebagai masyarakat ketika kita melupakan nilai fundamental perdebatan dan koeksistensi. Kepergiannya meninggalkan gema yang menyakitkan, bukti tak terbantahkan bahwa kita telah gagal pada tingkat paling dasar: memahami satu sama lain sebagai masyarakat.

Saya sangat menolak tindakan barbarisme ini. Saya menolak gagasan bahwa kekerasan dapat menjadi respons terhadap pikiran. Kata-kata tak dapat digantikan oleh peluru; itu adalah persamaan pengecut dan destruktif yang menghancurkan segala kemungkinan kemajuan. Gagasan, betapa pun bertentangannya, dihadapkan dengan argumen, diperdebatkan dengan kekuatan kata-kata, dan dihormati dalam keberagamannya. Mereka yang merayakan tindakan ini tidak hanya melakukan kejahatan, tetapi juga mengakui kekalahan intelektual mereka sendiri.

Menghormati gagasan orang lain adalah tindakan utamanya, warisannya yang paling murni. Tur universitasnya berisi frasa "Buktikan saya salah" sebagai ajakan untuk berdebat, langsung namun tetap menghormati gagasan orang lain. Di dunia yang terpolarisasi, yang berteriak dan tak mau mendengarkan, memilih dialog sangatlah penting. Menghormati kenangannya bukan berarti menuntut balas, melainkan menuntut keadilan, dan yang terpenting, berkomitmen untuk membangun jembatan yang telah dihancurkan oleh kekerasan. Semoga esensinya menjadi panggilan untuk membela hal paling berharga yang dapat dimiliki masyarakat: hak untuk berpikir berbeda tanpa mengorbankan nyawa atau kebebasan kita.